MOHON MAAF, MASIH TAHAP PERBAIKAN

Minggu, 27 Maret 2016

TAHAPAN-TAHAPAN MEMPELAJARI ILMU FIQIH

Kitab Fiqih Untuk Pemula


Jika ingin serius mempelajari ilmu fiqih maka sudah semestinya kita mengetahui kitab fiqih apa yang cocok untuk dipelajari. Kitab fiqih yang kami maksud adalah kitab yang membahas hukum-hukum syar’i yang membahas semua bab fiqih yang biasanya dimulai dari bab thaharah hingga bab terakhir. Dan dalam belajar fiqih tentu seseorang harus melakukannya secara bertahap, tidak langsung melahap kitab-kitab fiqih yang tebal dan rumit. Namun dimulai dari yang paling mudah lalu yang mudah.

* TAHAP PERTAMA 

Di tahap pertama bagi seorang pemula sebaiknya memulai dengan mempelajari kitab-kitab fiqih yang berupa matan-matan ilmu fiqih. Disebut matan karena penulis kitab meringkas pembahasan fiqih menjadi bait-bait nazham atau rangkaian kalimat-kalimat yang ringkas. Tentu dengan demikian, pemula dapat mudah mengingat hukum-hukum fiqih dari para ulama.

Kitab-kitab tersebut diantaranya:

1.   Minhajus Salikin (منهج السالكين), karya Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As Sa’di rahimahullah (wafat 1376H).
2.   Al Ghayatu Wat Taqrib (الغاية والتقريب)  atau dikenal dengan Matan Abi Syuja’ (متن أبي شجاع), karya Ahmad bin Al Husain bin Ahmad Al Asfahani Asy Syafi’i atau dikenal dengan Abu Syuja’ rahimahullah (wafat 593H).
3.   Matan Az Zubad (متن الزبد), karya Ahmad bin Ruslan Asy Syafi’i rahimahullah.
4.   ‘Umdatul Fiqhi (عمدة الفقة), karya Abdullah bin Ahmad bin Qudamah Al Maqdisi rahimahullah (wafat 620H).
5.   Zaadul Mustaqni Fi-khtisharil Muqni’ (زاد المستقنع في اختصار المقنع), karya Al Hijawi Al Hambali rahimahullah (wafat 968H).
6.   Akhsharul Mukhtasharat (أخصر المختصرات), karya Muhammad bin Badrudin bin Balban Ad Dimasqi atau dikenal dengan Ibnu Badran atau Ibnu Balban Al Hambali rahimahullah (wafat 1083H).
7.   Ad Durarul Bahiyyah Fil Masa-il Fiqhiyyah (الدرر البهية في المسائل الفقهية), karya Imam Asy Syaukani rahimahullah (wafat 1255H).
8.   Jami’ul Ummahat (جامع الأمهات), karya Ibnul Hajib Al Maliki rahimahullah (wafat 646H).

**TAHAP KEDUA

Di tahap kedua pemula mulai mempelajari kitab-kitab fiqih yang lebih tebal dan lebih luas pembahasannya, menyebutkan dalil-dalil yang lebih rinci, namun tidak atau sedikit menyebutkan khilaf-khilaf.

Kitab-kitab tersebut diantaranya:

1.   Al Wajiz Fi Fiqhis Sunnati Wal Kitabil ‘Aziz (الوجيز في فقه السنة والكتاب العزيز) karya Syaikh ‘Abdul ‘Azhim Al Badawi hafizhahullah.
2.   Al Mulakhash Al Fiqhi (الملخص الفقهي), karya Syaikh Shalih bin Fauzan Al Fauzan hafizhahullah.
3.   Fiqhus Sunnah (فقه السنة) karya Sayyid Sabiq rahimahullah namun dibarengi dengan kitab Tamaamul Minnah Fit Ta’liqi ‘Ala Fiqhis Sunnah (تمام المنة في التعليق على فقه السنة), karya Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani rahimahullah (wafat 1420H).
4.   Shahihu Fiqhis Sunnah Wa Adillatuhu Wa Taudhihu Madzabihil A-immah (صحيح فقه السنة وأدلته وتوضيح مذاهب الأئمة), karya Syaikh Abu Malik Kamal bin As Sayyid Salim hafizhahullah (murid senior Syaikh Musthafa Al ‘Adawi).
5.   Al Ikhtiyarat Al Fiqhiyyah (الاختيارات الفقهية), yang merupakan kumpulan fatwa dan tulisan Syaikh Abdul Aziz bin Baz rahimahullah yang disusun menjadi sebuah buku dengan klasifikasi pembahasan seperti kitab fiqih oleh Syaikh Khalid bin Su’ud Al ‘Ajmi.
6.   Al Ikhtiyarat Al Fiqhiyyah Lil Imam Al Albani (الإختيارات الفقهية للإمام الألباني), demikian juga kitab ini, merupakan kumpulan fatwa dan tulisan Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani rahimahullah yang dikumpulkan oleh Syaikh Ibrahim Abu Syadi.
7.   Fiqhus Sunnah Al Muyassar (فقه السنة الميسر), karya Syaikh Abdullah bin Muhammad Al Muthlaq hafizhahullah.
8.   Al Fiqhul Muyassaru Fi Dhauil Kitabi Was Sunnati (الفقه الميسر في ضوء الكتاب والسنة), yang disusun oleh percetakan Mushaf Majma Malik Fahd Saudi Arabia.

***TAHAP KETIGA

Di tahap ketiga, pemula mulai mempelajari kitab-kitab fiqih yang lebih tebal berisi perbandingan madzhab, yang di dalamnya menyebutkan khilaf-khilaf serta pembahasan dalil, serta tarjih dari penulis kitab.

Kitab-kitab tersebut diantaranya:

1.   Asy Syarhul Mumthi’ ‘Ala Zadil Mustaqni’ (الشرح الممتع على زاد المستقنع), karya Syaikh Muhammad bin Shalih Al ‘Utsaimin rahimahullah (wafat 1421H).
2.   Ad Darari Al Mudhi-ah Syarhud Duraril Bahiyyah (الدراري المضيئة شرح الدرر البهية), karya Imam Asy Syaukani
3.   Syarhu Umdatil Fiqhi (شرح عمدة الفقه), karya Syaikh Abdullah bin Abdil Aziz Al Jibrin rahimahullah.
Al Mughni Fil Fiqhil Hambali (المغني في الفقه الحنبلي), karya Abdullah bin Ahmad bin Qudamah Al Maqdisi rahimahullah (wafat 620H). Walaupun demikian judulnya namun kitab ini banyak merinci khilaf-khilaf diantara madzhab-madzhab.
4.   Al Majmu’ Syarhul Muhadzab (المجموع شرح المهذب), karya Imam An Nawawi rahimahullah.
5.   Al Mausu’ah Al Fiqhiyyah Al Kuwaitiyyah (الموسوعة الفقهية الكويتية), yang disusun oleh beberapa ulama di bawah Kementerian Agama Kuwait.

Demikian beberapa rekomendasi kitab sependek dan sebatas ilmu yang kami miliki. Tentu jangan dikira kami sudah membaca tuntas atau menguasai semua kitab di atas, sangat-sangat-sangat sedikit sekali yang baru kami baca dari yang ada di atas ini. Tentu masih banyak kitab-kitab fiqih dari para ulama yang mudah dan bagus untuk dipelajari, jika pembaca sekalian memiliki faidah dalam hal ini jangan sungkan untuk menuliskannya di kolom komentar. Jazaakumullahu khayr.

Mutiara Yang Hilang : "Kitab al-Qawanin al-Fiqhiyyah"

H المؤلف : ابن جزي - 741


اسم الكتاب : القوانين الفقهية في تلخيص مذهب المالكية و التنبيه على مذهب الشافعية والحنفية والحنبلية


اسم المؤلف : أبو القاسم محمد بن أحمد بن جزي الكلبي الغرناطي المالكي


Sebuah permata yang hilang. Itulah ungkapan yang agaknya layak untuk kita sematkan pada sebuah negeri yang sempat menjadi pusat peradaban islam. Negeri yang ditaklukkan oleh panglima yang sangat pemberani. Sungguh menakjubkan apa yang dilakukan oleh Thariq ibn Ziyad yang membakar habis kapal-kapal pasukan kaum muslimin. Kecerdasan seorang panglima yang luar biasa. Tidak ada pilihan bagi para pasukannya. Mati tenggelam atau maju kedepan merebut negeri yang siap untuk ditaklukkan. Negeri Andalusia namanya.
Andalusia… sebuah negeri yang memiliki peradaban yang sangat menakjubkan. Sempat menjadi pusat kebudayaan dan keilmuan dunia islam. Bukan hanya bangunan fisiknya yang layak mendapat pujian, bahkan para ulama yang lahir disana sangat pantas untuk selalu dikenang.

Ibnu Juzai al-Kalbi… salah seorang ulama yang layak untuk kita abadikan namanya dalam lembaran emas sejarah peradaban islam. Ulama yang karya-karyanya layak kita kaji untuk memperluas khazanah keilmuan kita. Salah satu karya beliau yang sangat fenomenal adalah al-Qawanin al-Fiqhiyyah.

Andalusia adalah negeri yang menjadi pusat penyebaran madzhab maliki. Memang ketika negeri tersebut ditaklukkan bukan madzhab maliki yang menjadi rujukan dalam masalah fiqih. Akan tetapi pujian dan do’a sang Imam Malik lah yang akhirnya menggerakan hati sang khalifah di negeri tersebut untuk menjadikan madzhab maliki sebagai madzhab resmi negara dalam permasalahan fiqih.

Tidak heran, jika para ulama yang lahir di negeri Andalusia adalah ulama yang menjadikan madzhab maliki sebagai madzhab fiqihnya. Tak terkecuali Ibnu Juzai al-Kalbi. Salah satu kontribusi beliau dalam melestarikan dan menjaga eksistensi madzhab maliki adalah dengan menuliskan karya-karya fenomenal, terutama dalam masalah fiqih madzhab maliki.

Salah satu karya beliau dalam masalah fiqih madzhab maliki adalah dengan menuliskan kitab al-Qawanin al-Fiqhiyyah. Dan dalam tulisan ini kita akan mencoba untuk lebih mengenal kitab ini dan penulisnya. Kita akan bedah dan mengambil mutiara-mutiara ilmu yang tersimpan di dalamnya.

Kitab al-Qawanin al-Fiqhiyyah

Kitab ini dianggap sebagai salah satu kitab ringkasan fiqih yang paling penting. Memang kitab ini adalah ringkasan. Hal tersebut sangat jelas tergambar dari nama kitab yang diberikan oleh sang penulis kitab ini sendiri. Ibnu Juzai al-Kalbi menamai kitabnya dengan nama “al-Qawanin al-Fiqhiyyah Fii Talkhishi Madzhabi al-Malikiyyah Wa at-Tanbih ‘Ala Madzhabi asy-Syafi’iyyah Wa al-Hanafiyah Wa al-Malikiyyah”. Namun yang lebih akrab di telinga kita adalah al-Qawanin al-Fiqhiyyah.

Keunggulan kitab ini berada pada metode penulisan yang digunakan oleh sang penulis dalam menyebutkan pendapat-pendapat ulama dengan sangat ringkas. Ringkas tapi jelas. Ringkas tetapi tidak membutuhkan syarah (penjelasan) untuk memahaminya. Ringkas tetapi tidak mengurangi makna. Sungguh kitab yang sangat luar biasa.

Kitab ini tidak hanya membahas masalah fiqih, kitab ini juga mencakup permasalahan aqidah, adab, wawasan, akhlak dan tema-tema yang lain. Inilah kitab ringkas yang mencakup berbagai macam hal yang sangat berguna bagi seorang muslim.

Kitab al-Qawanin al-Fiqhiyyah memiliki perhatian yang luar di kalangan para penuntut ilmu dan para pengajar di negara-negara islam khususnya negara yang mayoritas penduduknya bermadzhab maliki. Walupun kitab ini merupakan ringkasan pendapat fiqih dalam madzhab maliki, tetapi disebutkan juga pendapat-pendapat fiqih dari madzhab yang lain seperti madzhab syafi’i, hanafi dan hanbali. Disebutkan juga pendapat diluar empat madzhab seperti pendapat Hasan al-Bashri, Ishaq ibn Rahawaih, Dawud ad-Dzahiri, al-Auza’i, al-Laits idn Sa’d dan ulama-ulama yang lain. Oleh karena itu kitab ini dianggap sebagai kitab fiqih muqaran (fiqih Perbandingan).

Memang dari kalangan madzhab maliki bukan Ibnu Juzai al-Kalbi saja yang menulis kitab fiqih muqaran. Sudah ada pendahulunya yang telah menulis tentang itu. Dialah Ibnu Rusyd dengan kitabnya Bidayah al-Mujtahid Wa Nihayah al-Muqtashid yang sangat fenomenal dan menjadi kitab rujukan dikalangan penuntut ilmu atau para pengajar. Bahkan kitab karangan Ibnu Rusyd ini pun dijadikan sebagai kitab pegangan bagi para mahasiswa LIPIA Jakarta yang merupakan universitas dengan fakultas syariah terbaik di Indonesia.

Tidak ada khilaf (perbedaan) dalam penisbatan kitab ini kepada Ibnu Juzai al-kalbi. Bahkan tidak seorangpun yang menisbatkan kitab ini kepada ulama lain. Ibnu Juzai al-kalbi memang memiliki cara atau metode tersendiri dalam menuliskan kitab-kitabnya. Dan itu sudah cukup untuk mengidentifikasi bahwa kitab al-Qawanin al-Fiqhiyyah adalah salah satu karyanya.

Seperti karya tulis Ibnu Juzai al-kalbi yang lain, kitab al-Qawanin al-Fiqhiyyah juga disusun dengan urutan yang sangat baik dan teliti sehingga mudah bagi pembaca untuk memahaminya. Itulah ciri khas Ibnu Juzai al-kalbi, dalam kitab ini beliau menyusun urutan kitabnya dengan membaginya menjadi Kitab-kitab, kemudian menjadi bab-bab, kemudian pasal-pasal dan permasalahan-permasalahan. Sebuah susunan yang sangat baik.

Dalam kitab ini penulis kitab membagi kitabnya menjadi tiga kitab. Yang pertama adalah kitab tentang aqidah. Yang kedua kitab tentang fiqih. Dan yang ketiga kitab al-Jami’ yang membahas tentang sirah Rasulullah SAW dan keluarganya, sirah para khalifah sesudahnya, adab-adab, akhlak dan tema-tema yang lain.

Pada awal kitabnya, Ibnu Juzai al-kalbi memulai dengan pembahasan singkat tentang aqidah. Beliau beralasan karena aqidah adalah asal (pokok) sedang yang lain adalah cabang-cabang (furu’). Sedang permasalahan furu’ mengikuti masalah asal (pokok), oleh karena itu yang asal (pokok) yang didahulukan. Dalam kitab aqidah penulis membahas sepuluh permasalahan. Lima diantaranya tentang ketuhanan (ilahiyat) dan lima sisanya tentang sam’iyyat.

Adapun lima permasalahan tentang ilahiyat yaitu masalah adanya Allah SWT, sifat-sifat Allah SWT, nama-nama Allah SWT yang baik, mentauhidkan Allah SWT dan mensucikan Allah SWT. Sedangkan lima permasalahan sam’iyyat yaitu masalah Iman kepada para malaikat, kitab-kitab dan para rasul. Yang kedua tentang iman akan adanya negeri akhirat. Yang ketiga tentang imamah (kepemimpinan). Yang keempat tentang iman dan islam. Sedangkan yang terakhir tentang berpegang pada sunnah.

Ketika membahas permasalahan fiqih, Ibnu Juzai al-kalbi membaginya menjadi dua bagian. Bagian pertama berbicara tentang ibadah dan bagian yang kedua membahas tentang mu’amalah. Pembagian inilah yang membedakan kitab al-Qawanin al-Fiqhiyyah dengan kitab-kitab fiqih madzhab maliki yang lain.

Adapun pada bagian ibadah penulis kitab membaginya menjadi beberapa kitab. Diantaranya adalah kitab thaharah (bersuci), kitab shalat, kitab janazah, kitab zakat, kitab puasa dan i’tikaf, kitab haji, kitab jihad, kitab janji dan nadzar, kitab makanan, minuman, buruan dan sembelihan, kitab qurban, aqiqah dan khitan.

Sedangkan pada bagian muamalat terdiri dari kitab nikah, kitab talak, kitab jual beli, kitab akad dan masalah-masalah dalam jual beli, kitab qadha’ (putusan hukum), persaksian dan yang berhubungan dengannya, kitab tentang hal-hal yang menjadi masalah dalam qadha’ (putusan hukum), kitab dima’ (darah) dan hudud (hukuman), kitab hibah dan permasalahannya, kitab ‘itq (pembebasan budak), kitab fara’idh (warisan) dan wasiat.

Kitab jami’ mencakup tentang sirah Rasulullah SAW dan keluarganya, sirah para khalifah sesudahnya, adab-adab, akhlak dan tema-tema yang lain. Itulah gambaran singkat tentang al-Qawanin al-Fiqhiyyah karya Ibnu Juzai al-kalbi. Kitab yang sangat istimewa dan luar biasa yang ditulis oleh salah seorang ulama yang wawasan keilmuannya sangat luas.

Sekilas Tentang Penulis Kitab

Penulis kitab al-Qawanin al-Fiqhiyyah ini bernama Muhammad ibn Ahmad Ibn Muhammad ibn Abdillah ibn Yahya ibn Abdurrahman ibn Yusuf ibn Juzai al-Kalbi al-Gharnathi. Beliau memiliki kunyah Abul Qasim.

Ibnu Juzai al-Kalbi adalah salah satu ulama madzhab maliki. Karena memang madzhab resmi negara pada masa beliau di Andalusia adalah madzhab maliki.

Tahun Kelahiran Beliau

Beliau dilahirkan di kota Granada pada tahun 639 H. Kota Granada pada saat itu adalah kota yang menjadi pusat peradaban Andalusia. Para ulama di wilayah islam bagian barat pun menjadikan kota ini sebagai kiblat dalam hal ilmu pengetahuan.

Maka tidak mengherankan jika Ibnu Juzai al-kalbi yang sejak kecil hidup di lingkungan yang penuh dengan cahaya ilmu menjadi ulama besar. Bahkan dikabarkan beliau memiliki perpustakaan yang besar dengan berbagai kitab dalam berbagai disiplin ilmu pengetahuan di dalamnya. Beliau menghabiskan waktu di dalamnya sehingga mendapatkan manfaat ilmu yang luar biasa banyaknya.

Beliau belajar ilmu qiraat, tafsir, hadits, fiqih, ushul fiqih, ushuluddin (aqidah) dan ilmu-ilmu yang lain. Beliau juga dianggap sebagai sastrawan dan juga penyair yang handal. Beliau sudah menjadi khathib di masjid jami’ di Granada ketika beliau masih muda. Beliau juga berkontribusi dalam penyebaran ilmu dengan cara menuliskan karya-karyanya dalam berbagai disiplin ilmu pengetahuan.

Adapun tentang nasab Ibnu Juzai al-kalbi, para ulama sejarah sepakat bahwa beliau adalah asli keturunan arab. Itu terlihat dari nama beliau yang dinisbatkan kepada suku bani kalb. Salah satu suku yang berasal dari arab.

Ibnu Juzai al-Kalbi dianugeerahi tiga orang anak yang ke semuanya memiliki prestasi yang luar biasa dalam bidang ilmu pengetahuan dan sastra.

Guru-Guru Beliau

Beliau belajar dari banyak ulama. Di antara guru-guru beliau adalah:

Abu Ja’far Ahmad ibn Ibrahim ibn az-Zubair ats-Tsaqafi al-‘Ashimi al-Jiyani al-Gharnathi (wafat 708 H)
Muhammad ibn Ahmad ibn Dawud ibn Musa al-Lakhmi (wafat 712 H)
Hibatuddin Abu Abdillah Muhammad ibn Umar ibn Muhammad ibn Rasyid al-Fihri al-Gharnathi (wafat 721 H) dan masih banyak lagi ulama-ulama yang lain.
Murid-Murid Beliau

Di antara murid-murid beliau yang terkemuka adalah ketika orang anaknya sendiri. Mereka adalah Abu Bakr Ahmad ibn Muhammad ibn Ahmad ibn Juzai al-Kalbi, Abu Abdillah Muhammad ibn Juzai al-Kalbi dan al-Qadhi Abu Muhammad Abdullah ibn Juzai al-kalbi. Ketiganya adalah ulama dalam berbagai ilmu pengetahuan.

Adapun murid beliau yang bukan dari keluarga beliau sendiri adalah Dzul Wizaratain Lisanuddin ibn al-Khathib (wafat 776 H), Abul Hasan Ali ibn Abdillah ibn al-Hasan al-Khaddami an-Nabbahi (wafat 793 H), Ibnu ‘Athiyah al-Muharibi Abdul Haq ibn Muhammad, dan masih banyak lagi murid-murid beliau yang lain.

Karya-Karya Beliau

Ibnu Juzai al-Kalbi adalah seorang ulama yang luas wawasan keilmuannya. Beliau juga menguasai berbagai macam disiplin ilmu pengetahuan. Maka tidak heran jika banyak sekali karya yang beliau torehkan dalam berbagai disiplin ilmu pengetahuan. Di antara karya-karya yang beliau tinggalkan adalah:

An-Nur al-Mubin Fii Qawa’idi ‘Aqa’idi ad-Din
Al-Mukhtashar al-Bari’ Fii Qira’ati Nafi’
At-Tashil Fii Ulumit Tanzil
Wasilatul Muslim Fii Tahdzibi Shahihi Muslim
Taqrib al-Wushul Ila ‘Ilmi al-Ushul
Al-Qawanin al-Fiqhiyyah, dan masih banyak lagi karya-karya beliau yang lain.
Tahun Wafat Beliau

Ibnu Juzai al-Kalbi wafat pada tahun 741 H. Beliau wafat sebagai seorang syahid dalam perang “Tharif” melawan pasukan Nashrani. Dalam perang tersebut beliau menyemangati kaum muslimin dan membangkitkan semangat juang mereka. Dan akhirnya terwujudlah cita-cita beliau untuk memperoleh syahadah (mati syahid).

Kalau kita hitung tahun wafat beliau dengan kelahirannya, maka kita akan mengetahui bahwa umur beliau hanya 48 tahun. Tapi karya-karya yang beliau tinggalkan sangat banyak sekali. Itulah umur yang dipenuhi dengan keberkahan. Umur yang singkat tetapi sangat bermanfaat.

Penutup

Ibnu Juzai menulis di akhir kitabnya bahwa beliau menyeselaikan penulisan kitab al-Qawanin al-Fiqhiyyah ini pada tahun 735 H. Itu artinya kitab ini selesai ditulis 6 tahun sebelum beliau wafat. Waktu 6 tahun adalah waktu yang sangat memungkinkan bagi beliau untuk mengoreksi lagi kitab ini dan memperbaikinya. Jadi kitab al-Qawanin al-Fiqhiyyah ini adalah kitab yang memang telah sempurna dalam pandangan penulisnya. Tidak memerlukan pengurangan atau penambahan lagi.

Inilah kitab al-Qawanin al-Fiqhiyyah. Kitab fiqih muqaran yang sangat luar biasa dan banyak sekali manfaatnya. Kitab yang memiliki perhatian besar dari para penuntut ilmu dan para pengajarnya.

Semoga tulisan yang sangat singkat ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Khususnya bagi mereka yang ingin mengenal kitab-kitab turats karya para ulama islam. Aamin.

Wallahu A’lam Bish Shawab

_____________________________________

Sumber : http://www.rumahfiqih.com/maktabah/x.php?id=35&=al-qawanin-al-fiqhiyah

Download "Ma'lamah Zayed Lil Qowa'id Al-Fiqhiyah Wal Ushuliyah"

Download software qoidah fiqih & ushul fiqih 4 madzhab, "Ma'lamah Zayed Lil Qowa'id Al-Fiqhiyah Wal Ushuliyah"


Selama bertahun - tahun, para ulama' dibawah naungan Majma' Fiqih Islam bekerjasama dengan "Mu'assisah Zayed Lil A'mal Al-Khoiriyah Wal Insaniyah" selama bertahun-tahun bekerja keras untuk menyelesaikan pembuatan Ma'lamah Zayed Lil Qowa'id Al-Fiqhiyah Wal Ushuliyah, kitab ensiklopedia qoidah fiqih dan ushul fiqih yang berjumlah 41 jilid besar.

Kitab ini memuat ribuan qoidah - qoidah fiqih dan ushul fiqih dalam 4 madzhab dengan susunan yang sangat rapi, dan diantara kelebihannya adalah merangkum qoidah - qoidah fiqih yang disebutkan oleh para ulama 4 madzhab dan mengelompokkan beberapa qoidah yang memiliki bentuk ungkapan yang berbeda namun maksudnya sama kedalam satu pembahasan.

Tentunya masih banyak kelebihan - kelebihan lainnya yang nantinya bisa diketahui sendiri setelah membaca kitabnya, apalagi kalau melihat besarnya kitab ini.

Selain ditrbitkan dalam versi cetak, kitab tersebut bisa dinikmati dalam bentuk software yang bisa didownload secara gratis di internet agar bisa dimiliki dan digunakan semua orang.

Untuk mendownloadnya silahkan download disini

_____________________________________________
Sumber  :  http://www.fikihkontemporer.com/2013/10/download-software-qoidah-fiqih-ushul.html

DOWNLOAD SOFTWARE FIQIH 4 MADZHAB "Al-Mausu'ah Al-Fiqhiyah Al-Kuwaitiyah"

Download software fikih 4 madzhab terlengkap, "Al-Mausu'ah Al-Fiqhiyah Al-Kuwaitiyah"

Sampai saat ini, Al-Mausu'ah Al-Fiqhiyah Al-Kuwaitiyah adalah kitab fiqih perbandingan 4 madzhab yang terbesar dan terlengkap yang pernah ada. Kitab yang berjumlah 45 jilid tebal ini dibuat oleh satu tim ulama'-ulama' ahli fiqih.

Selain diterbitkan berupa kitab yang berjumlah 45 jilid, kementerian waqaf Kuwait juga membuat Al-Mausu'ah Al-Fiqhioyah Al-Kuwaitiyah dalam bentuk software. Tentu saja tujuannya untuk memudahkan para pengguna kitab ini, terutama memudahkan pencariannya, sebab kitab ini dibuat dalam bentuk ensiklopedi yang pembahasannya disusun berdasarkan guruf hija'iyah, dan setiap kajiannya tersambung dengan kajian lain.

Kelebihan utama dari software ini terletak pada sumber rujukan (referensi) dari setiap kajian fiqih didalamnya, jika membaca kitab versi cetakannya kita hanya tahu sumber kitab rujukannya saja tanpa tahu teks aslinya, namun dengan software ini kita tinggal klik sumber rujukannya yang berada dibawah garis, maka akan muncul teks asli kitab referensinya.

Software ini bisa didownload disini

Cara menginstalnya tinggal extrack software hasil download tadi. Lalu klik "setup.exe". Selalu pilih dan klik "تالى" untuk melanjutkan proses instalasi, tunggu sampai selesai, dan jika telah selesai klik "انتهى".


Untuk menggunakannya, pertama klik ikon gambar buku yang berada dipojok kiri atas, atau jika kita ingin langsung menuju jilid dan halaman yang dituju, tentukan dulu jilid dan halamannya, lalu klik ikon gambar buku disampingnya.

Sekian, semoga bermanfaat.

__________________________________________________________
Sumber : http://www.fikihkontemporer.com/2013/10/download-software-fikih-4-madzhab.html

Download Kitab Fiqh 4 Imam Mazhab

Berikut ini adalah Link Untuk Download Kitab Fiqh 4 Imam Mazhab


*(1)  Kitab-Kitab Fiqh Hanbali 
Jika Anda mendownload file tersebut, maka Anda akan mendapatkan beberapa kitab berikut ini: Irsyad Ulin Nuha, Al Intishar fil Masa'ilil Kibar, Al Inshaf, Ar Raudhul Murabba', As Salsabil fii Ma'rifatid Dalil, Asy Syarhul Mumti', Al Furu', Al Kafiy, dll.
- Download


* (2) Kitab-Kitab Fiqh Hanbali 
Jika Anda mendownload file tersebut, maka Anda akan mendapatkan beberapa kitab berikut ini: Al Muharrar fil Fiqh, Al Masa'ilul Fiqhiyyah, Al Mughniy, Al Muqni' wasy Syarhul Kabir, Al Mumti' fi Syarhil Muqni', Hasyiyah Ar Raudhul Murabba', Syarhuz Zaad, Syarhuz Zarkasyi, Syarh Zaadil Mustaqni', Syarh Umdatuth Thalib, Syarh Umdatul Fiqh,  dll.
- Download

* (3) Kitab-Kitab Fiqh Hanbali 
Jika Anda mendownload file tersebut, maka Anda akan mendapatkan beberapa kitab berikut ini: Syarh Kitabil Manasik, Syarh Mukhtashar Al Kharqi, Syarh Muntahal Iraadaat, Ghayatul Maram, Kasyful Qina', Manarus Sabil, dll.
- Download

* (4) Kitab-Kitab Fiqh Hanbali 
Jika Anda mendownload file tersebut, maka Anda akan mendapatkan beberapa kitab berikut ini: Al Akhbar Al 'Ilmiyyah, Al Ikhtiyarat Al Fiqhiyyah, At Tabwib wa Fiqhul Munasabah, At Tajrid Li Iktiyarat Syaikhil Islam Ibni Taimiyah, At Talkhish Al Qayyim, At Tahdzib Al Muqni', At Taudhih fil jam'i bainal Muqni' wat Tanqih, Ar radudhun Nadiy, Al 'Uddah Syarhul Umdah, Al La'alil Bahiyyah, Al Umdah fil Fiqh, Al Muharrar,  Al Madzhabul Ahmad fii Madzhabil Imam Ahmad, Al Mulakhkhash Al Fiqhi, Zadul Mustaqni', dll.
- Download

** Kitab-Kitab Fiqh Hanafi (1)
Jika Anda mendownload file tersebut, maka Anda akan mendapatkan beberapa kitab berikut ini: Al Aatsar, Al Ikhtiyar Li Ta'lil Mukhtar, Al Bahrur Ra'iq, Al Binayah Syarhul Hidayah, At Tashil Adh Dharuriy, Al Jauharah An Nayyirah, Al Mabsuth, Bada'i'ush Shana'i, dll.
- Download

** Kitab-Kitab Fiqh Hanafi (2)
Jika Anda mendownload file tersebut, maka Anda akan mendapatkan beberapa kitab berikut ini: Hasyiyah Ibnu Abidin, Hasyiyah Ath Thahawiy, Syarh As Sairil Kabir, dll.
- Download

** Kitab-Kitab Fiqh Hanafi (3)
Jika Anda mendownload file tersebut, maka Anda akan mendapatkan beberapa kitab berikut ini: Thalabatuth Thalabah, Fathul Qadir, Qurratu 'Uyunil Akhbar, Ikhtiyarat Al Kasaniy, Al Lubab fii Syarhil Kitab, Taqrirat Ar Raafi'iy, Sabilul Falah, Syarhul Jami'ish Shaghir, Syarhul Wiqayah, Mukhtashar Ath Thahawiy, Wasilatuzh Zhufr, dll.
- Download

** Kitab-Kitab Fiqh Syafi'i (1)
Jika Anda mendownload file tersebut, maka Anda akan mendapatkan beberapa kitab berikut ini: Al Ibtihaj, Al Umm, Al Bayan Syahul Muhadzdzab, Al Hawi Al Kabir, dll.
- Download

** Kitab-Kitab Fiqh Syafi'i (2)
Jika Anda mendownload file tersebut, maka Anda akan mendapatkan beberapa kitab berikut ini: Al Majmu' Syarhul Muhadzdzab, Al Mishbahul Munir, Al Muhadzdzab, Al Wajiz, Bahrul Madzhab, Bidayatul Muhtaj, Tatimmah Al Ibanah, Tahrirul Fatawa, Tuhfatul Muhtaj, Tas-hihut Tanbih, Hasyiyah Al Baijuriy, dll.
- Download

** Kitab-Kitab Fiqh Syafi'i (3)
Jika Anda mendownload file tersebut, maka Anda akan mendapatkan beberapa kitab berikut ini: Hasyiyah Al Baijuriy, Hasyiyata Qalyubiy wa Umairah, Hawasyi Tuhfatul Muhtaj, Raudhatuth Thalibin, Kifayatun Nabih, Mughnil Muhtaj, dll.
- Download

** Kitab-Kitab Fiqh Syafi'i (4)
Jika Anda mendownload file tersebut, maka Anda akan mendapatkan beberapa kitab berikut ini: Nihayatul Mathlab, Al Bahjatul Wardiyyah, At Tabyin, Al Khaza'in As Saniyyah, Ad Durarul Bahiyyah, Ar Riyadhul Badi'ah, Az Zahir, Al Kifayah, Al Muzanniy wa Mukhalafatuhu Lisy Syafi'i, Tuhfatuth Thullab, Hasyiyah Ibnu Hajar Al Haitamiy, Khulashatul Ahkam, Mukhtashar Al Umm, Minhajuth Thalibin, dll.
- Download

  *** Kitab-Kitab Fiqh Maliki (1)
Jika Anda mendownload file tersebut, maka Anda akan mendapatkan beberapa kitab berikut ini: Al Bayan wat Tahshil, At Tabshirah, At Tafrii', At Talqin fil Fiqhil Maliki, At Taudhih Syarh Mukhtashar Ibnul Hajib, Ad Durruts Tsamin, Adz Dzakhirah, Al Fiqhul Maliki, Al Mudawwanah Al Kubra, dll.
- Download

*** Kitab-Kitab Fiqh Maliki (2)
Jika Anda mendownload file tersebut, maka Anda akan mendapatkan beberapa kitab berikut ini: Al Ma'unah, An Nawadir waz Ziayadat, Bidayatul Mujtahid, Bulghatus Salik, Jawahirul Iklil, Hasyiyah Ibnul Haaj, Kifayatuth Thalib, dll.
- Download

*** Kitab-Kitab Fiqh Maliki (3)
Jika Anda mendownload file tersebut, maka Anda akan mendapatkan beberapa kitab berikut ini: Manahijut Tahshil, Mawahibul Jalil, Aqrabul Masalik Limadzhab Malik, At Tuhfatul Mardhiyyah, Al Kafiy fii Fiqhi Ahlil Madinah Al Maliki, An Nuurul Mubiin, Dalilus Salik, Syarh Hudud Ibnu Arafah, Syifa'ush Shadr, Fiqhullibas waz Ziiah, Masalikud Dialalah, Waraqah Manhajiyyah Litadris Al Fiqhil Maliki, dll.
- Download

Download Kitab Fiqh Empat Madzhab ( Seri Madzhab Hanafi )

  Seri Madzhab Hanafi 

Fiqh secara bahasa berarti faham. Sedangkan menurut istilah fiqh adalah sebuah disiplin ilmu tentang hukum syara' yang bersifat amaliyah (perbuatan) dan diambil dari dalil - dalil yang terperinci (Tafshil).  Jadi Ilmu fiqh tidak memfokuskan pembahasanya kepada suatu keadaan bagaimana sebuah dalil menunjukkan  wajib, sunah, makruh, mubah dan haramnya nya suatu perbuatan, tetapi lebih memfokuskan kepada  apa saja unsur unsur internal (rukun) dan unsur unsur eksternal (Syarat) dan tata cara melakukan perbuatan itu sendiri. Oleh karena fiqh merupakan hasil pemahaman dan kajian secara meyeluruh dari sebuah dalil ( Nash ), maka tidaklah heran apabila terdapat perbedaan perbedaan dalam disiplin ilmu fiqh. Terdapat banyak ulama' besar islam dalam ilmu fiqh akan tetapi yang paling terkenal dari mereka ada empat yakni Imam Abu Hanifah (Imam Hanafi), Imam Malik, Imam Syafi'i dan Ahmad bin Hambal (Imam Hambali).

Imam abu Hanifah (Imam Hanafi)
Sekilas Tentang Imam Abu Hanifah ( Imam Hanafi )

Nama Asli beliau adalah Nu’man bin Tsabit bin Zuta bin Mahan at-Taymi (النعمان بن ثابت), lebih dikenal dengan nama Abū Ḥanīfah, ( بو حنيفة) lahir di Kufah, Irak pada 80 H / 699 M, dan meninggal di Baghdad, Irak, 148 H / 767 M. beliau  merupakan pendiri dari Madzhab  Hanafi.
Abu Hanifah juga merupakan seorang Tabi'in, generasi setelah Sahabat nabi, karena dia pernah bertemu dengan salah seorang sahabat bernama Anas bin Malik, dan meriwayatkan hadis darinya serta sahabat lainnya.
Imam Hanafi disebutkan sebagai tokoh yang pertama kali menyusun kitab fiqh berdasarkan kelompok-kelompok yang berawal dari kesucian (taharah), salat dan seterusnya, yang kemudian diikuti oleh ulama-ulama sesudahnya seperti Malik bin Anas, Imam Syafi'i, Abu Dawud, Bukhari, Muslim dan lainnya.

Kitab - Kitab Fiqh Madzhab Imam Abu Hanifah ( Hanafi ) :
1.  Kitab Al Muhith Al Burhani Fil Fiqhi Nu'mani Karangan Syaikh Mahmud Al Bukhori Bin Mazah download disini
2.  Kitab Badai'us Shonai' Karangan Syaikh Abu Bakr Al Kasyani download disini
3.  Kitab Al Mabshuth Karangan Al Imam As Syarkhosi download disini
4.  Kitab Kitabul Khoroj Karangan Al Imam Abu Yusuf download disini
5.  Kitab Kitabul Atsar  Karangan Al Imam Abu Yusuf  download disini
6.  Kitab Syarkh As Syirul Kabir Karangan Al Imam As Syarkhosi download disini
7.  Kitab Khasyiah At Tohathowi Karangan Syaikh Ahmad Bin Muhammad At Tohathowi download disini
8.  Kitab Nurul Idloh Wa Najatul Arwah Karangan Syaikh Hasan Bin 'Ammar As Saronbalali download disini
9.  Kitab Al Lubab Fi Syarkhil Kitab Karangan Syaikh Abdul Ghoni Al Ghunaimi download disini
10.Kitab Durorul Hikam Syarkh Majallatul Ahkam Karangan Al Imam As Syarkhowi download disini
11. Kitab As Siru Shoghir Karangan Syaikh Muhammad Bin Hasan As Syaibani download disini
12. Kitab Al 'Inayah Syarkh Al Hidayah Karangan Muhammad Mahmud Al Baburti download disini
13. Kitab Al Ikhtiyar Li Ta'lili Mukhtar Karangan Syaikh Abdullah Bin Mahmud Bin Mahmud Al Musholli download disini
14. Kitab Fathul Qodir Karangan Syaikh Ibnul Hamam Al Hanafi download  disini
15. Kitab Khasyiah Ibnu 'Abidin Karangan Al Imam Ibnu 'Abidin download disini
16. Kitab Bahrur Roiq Syarkh Kanzu Daqoiq Karangan Ibnu Nujaim download  disini
17. Kitab Syarkh An Niqoyah Fath Bab 'inabah Karangan Syaikh Ali Bin Sulthon Al Qori'i download  disini
18. Kitab Jauharotun Nayyiroh Syarkh Mukhtashor Qodwari Karangan Syaikh Abu Bakr bin Ali Az Zubaidi  download disini
19. Kitab An Naktu Dhorifah Fi Tarjihi Madzhabi Abi Hanifah Karangan Syaikh Akmaluddin Al Baburti download disini
20. Kitab Mujammi'u Dlomanat Karangan Abu Muhammad Al Baghdadi download disini

__________________________________________________________________
Sumber : http://mukhlis-haryadi.blogspot.co.id/2013/05/download-kitab-fiqh-empat-madzhab-seri.html

Sabtu, 26 Maret 2016

REFERENSI KITAB FIQIH EMPAT MADZHAB

Kitab al-Fiqh ‘ala al-Mazahib al-Arba’ah ( الفقه على المذاهب الاربعة ) karya al-Syaikh ‘Abdul Rahman bin Muhammad ‘Awad al-Jaziri (1882/1299-1941/1360) adalah antara kitab fiqh perbandingan mazhab yang terkenal, yang menjadi rujukan para ulama dan umat Islam pada zaman kini.

Kandungan kitab ini memuatkan semua permasalahan fiqh yang biasa dibincangkan oleh para ulama fiqh dalam kitab mereka dari Kitab Thaharah (bersuci) hingga Kitab Ta’zir. Setiap permasalahan hukum diterangkan mengikut pandangan empat mazhab fiqh yang muktamad di kalangan Ahlus Sunnah wal Jama’ah, iaitu mazhab Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hanbali.

Berdasarkan edisi Arabnya yang diterbitkan oleh Dar al-Fikr , Beirut –Lubnan pada tahun 1990/ 1411, kitab ini disusun dalam buah 5 juzuk. Setiap juzuk diterbitkan dalam jilid yang berasingan ( Jilid 1- 5  = 5 buah buku).


Metode penyusunan kitab ini….

Isi kandungan kitab ini dibahagikan kepada dua bahagian, yang dipisahkan oleh satu garisan;

A) Bahagian tajuk dan penerangan ringkas permasalahan yang dibincangkan.

B) Bahagian nota kaki.

Di bahagian A dipaparkan setiap tajuk permasalahan fiqh dan penerangan ringkas setiap tajuk ada diterangkan. Setiap permasalahan hukum fiqh yang disepakati oleh sebahagian mazhab akan diterangkan di bahagian ini. Manakala, jika tedapat perbezaan pendapat di kalangan mazhab mengenai sesuatu permasalahan hukum, ia akan diterangkan di bahagian B (nota kaki) berdasarkan pendapat mazhab-mazhab tersebut.


Isi Kandungan kitab ini….

Berikut disenaraikan tajuk-tajuk yang dibincangkan dalam kitab ini;

1. Kitab al-Thaharah (Bersuci)

2. Kitab al-Shalah (Solat)

3. Kitab al-Shiyam (Puasa)

4. Kitab al-Zakah (Zakat)

5. Kitab al-Haj (Haji)

6. Kitab Larangan dan Pembolehan (mengenai makan, minum dan perhiasan)

7. Kitab al-Ba’i (Jual beli) dan yang berkaitan (muamalat)

8. Kitab al-Nikah (Perkahwinan)

9. Kitab al-Thalaq.

10. Kitab al-Hudud.

11. Kitab al-Qisas.

12. Kitab al-Bughat (Pemberontak).

13. Kitab al-Riddah (Murtad).

14. Kitab al-Ta’zir.

15. Kitab al-Kabair (Dosa-Dosa Besar)

KITAB AL UMM KARYA AL IMAM AS SYAFI'I

KITAB AL-UMM – karya agung al-Imam al-Syafi-‘i r.h

Imam Muhammad bin Idris al-Syafi’-‘i ( 150-204H ) atau lebih dikenali dengan Imam al-Syafi-‘i banyak meninggalkan karya yang menjadi rujukan umat Islam. Ada dua peringkat penulisan al-Syafi-‘i, kitab yang beliau tulis di Makkah dan Baghdad dinamakan Qawl Qadim ( pendapat lama ) dan Kitab yang ditulis ketka beliau di Mesir dinamakan Qawl Jadid ( pendapat baru ).

Ada tiga kaedah penulisan karya atau kitab yang dinisbahkan  kepada al-Syafi-‘i, iaitu;
1.   Kitab yang ditulis sendiri oleh al-Syafi-‘i.
2. Kitab yang ditulis oleh murid-murid beliau berdasarkan pembacaan oleh Imam al-Syafi-‘i dihadapan mereka atau dikenali sebagai kaedah imlak ( al-imla_i ).
3. Kitab yang disusun oleh murid-murid al-Syafi-‘i berdasarkan syarahan atau pengajaran al-Syafi-‘i. Di mana murid-murid beliau membuat catatan atau nota ketika mendengar kuliahnya, kemudian mereka menyusun kembali catatan tersebut menjadi semua kitab.

Kaedah ini banyak dipraktikkan oleh para ulama dahulu dan sekarang. Pada zaman kini, banyak buku-buku yang diterbitkan, setelah diolah dan disusun berdasarkan kuliah atau syarahan para ulama yang terkenal,  lalu dinisbahkan  kandungan buku tersebut kepada mereka. Sedangkan, mereka sebenarnya tidak pernah menulis buku tersebut. Di antara kitab yang masyhur masa kini yang mengunakan kaedah ini ialah buku-buku yang dinisbahkan kepada al-Syeikh Mutawalli al-Sya’rawi seperti kitab al-Fatawa dan Tafsir al-Sya’rawi, karya-karya al-Syeikh Abdul ‘Aziz bin  Baz dan buku-buku yang dinisbahkan kepada Tuan Guru Nik Abdul Aziz bin Nik Mat.

Kitab beliau yang paling utama dan menjadi teras dalam mazhab as-Syafi’-‘i ialah Kitab al-Umm   ( Kitab Induk ). Ia dinamakan sedemikian kerana boleh dikatakan semua penulisan dalam mazhab al-Syafi’-‘i berasal daripada kitab ini.

Kitab al-Umm dari satu sudut merupakan kitab fiqh terbesar dan tiada tandingan pada masanya. Kitab ini membahas berbagai persoalan lengkap dengan dalil-dalilnya, baik dari al-Qur’an, al-Sunnah, Ijma’ dan Qiyas. Isi kitab ini adalah sebagai bukti keluasan ilmu al-Syafi’i dalam bidang fiqh. Sedangkan dari sudut yang lain, ia juga dianggap sebagai kitab hadits kerana dalil-dalil hadits yang ia kemukakan menggunakan jalur periwayatan tersendiri sebagaimana layaknya kitab-kitab hadits.

Di kalangan ulama terdapat keraguan dan perbezaan pendapat, mengenai penulisan kitab al-Umm, adakah ia ditulis oleh al-Syafi-‘i sendiri atau karya para muridnya. Menurut Ahmad Amin, al-Umm bukanlah karya langsung dari al-Syafi’i, namun merupakan karya muridnya yang menerima dari al-Syafi’i dengan jalan didiktekan [ imlak ]. Sedangkan menurut Abu Zahrah dalam al-Umm ada tulisan al-Syafi’i sendiri tetapi ada juga tulisan dari muridnya, bahkan ada pula yang berpendapat bahwa dalam al-Umm ada juga tulisan orang ketiga selain al-Syafi’i dan al-Rabi’ [ muridnya ]. Namun menurut riwayat yang masyhur diceritakan bahwa kitab al-Umm adalah catatan peribadi al-Syafi-‘i, kerana setiap pertanyaan yang diajukan kepadanya ditulis, dijawab dan didiktekan kepada murid-muridnya. Oleh karena itu, ada pula yang mengatakan bahwa kitab itu adalah karya dua orang muridnya iaitu Imam al-Buwaiti dan Imam al-Rabi’. Pendapat ini dikemukakan oleh Abu Thalib al-Makki.

Walau apapun pandangan ulama mengenai kaedah penyusunan kitab al-Umm ini, yang pastinya kitab ini boleh dinisbahkan al-Syafi’i kerana ia memuatkan pandangan dan pemikirannya dalam bidang hukum berdasarkan riwayat murid-muridnya yang diakui ummah sebagai perawi yang adil dan tsiqah. Sebagaimana kaedah penulisan dan penyusunan hadits Rasulullah saw, yang disusun oleh para muhaddisin berdasarkan riwayat-riwayat yang sahih di sisi mereka.

Dalam menghuraikan keterangan-keterangannya, Imam al-Syafi‘i kadang-kadang memakai metod soal-jawab, dalam erti menghuraikan pendapat pihak lain yang diadukan sebagai sebuah pertanyaan, kemudian ditanggapinya dalam bentuk jawapan. Hal itu nampak umpamanya ketika ia menolak penggunaan al-istihsan. Pada kesempatan yang lain ia menggunakan metod eskplanasi dalam arti menghuraikan secara panjang lebar suatu masalah dengan memberikan penetapan hukumnya berdasarkan prinsip-prinsip yang dianutnya tanpa ada sebuah pertanyaan, hal seperti ini nampak dalam penjelasannya mengenai persoalan-persoalan pernikahan.

Dalam format kitab al-Umm yang dapat ditemui pada masa sekarang, ada juga yang dicetakkan bersama kitab-kitabnya yang lain dalam satu kitab al-Umm, di antaranya adalah:

al-Risalah,  mengandungi huraian sumber hukum islam, serta kaedah-kaedah pengistinbatan hukum syarak.

Khilaf  Malik, mengandungi  bantahan-bantahan al-Syafi‘i  terhadap beberapa pendapat gurunya Imam Malik.

al-Radd ‘Ala Muhammad ibn Hasan, mengandungi pembelaan al-Syafi‘i terhadap mazhab ulama Madinah dari serangan imam Muhammad ibn Hasan, murid Abu Hanifah.

al-Khilaf ‘Ali wa Ibn Mas’ud, iaitu kitab yang memuatkan perbezaan pendapat antara  Abu Hanifah dan ulama Irak dengan Ali bin Abi Thalib dan Abdullah bin Mas’ud.

Sair al-Auza-’i, berisi pembelaannya atas imam al-Auza’i dari serangan imam Abu Yusuf.

Ikhtilaf al-Hadits, berisi keterangan dan penjelasan al-Syafi-‘i atas hadits-hadits yang tampak bertentangan.  namun kitab ini juga ada yang dicetak tersendiri

Jima’ al-‘Ilmi, berisi pembelaan imam al-Syafi’i terhadap Sunnah Nabi Muhammad saw.
Kitab al-Umm ini telah diringkaskan oleh Imam al-Muzani dalam kitabnya bertajuk Mukhtasar al-Muzani. Dua abad kemudian, kitab Mukhtasar al-Muzani ini disyarahkan oleh Imam al-Haramain al-Juwaini dalam kitabnya berjudul Nihayatul Mathlab fi Dirayah al-Mazhab. Salah seorang murid al-Juwaini iaitu al-Imam al-Ghazali pula meringkaskan kitab gurunya itu lalu diberi tajuk al-Basith. Seterusnya al-Ghazali meringkasnya menjadi kitab al-Wasith, kemudian al-Wasith diringkas pula menjadi kitab al-Wajiz. Kitab al-Wajiz ini diringkas lagi menjadi kitab al-Khulashah.

Kitab al-Wajiz juga turut diringkaskan semula oleh seorang lagi ulama’ mazhab al-Syafi‘i bernama al-Rafi-‘i dalam kitabnya al-Muharrar. Selanjutnya, al-Nawawi pula meringkaskan kitab al-Muharrar dalam  kitabnya Minhaj al-Thalibin, yang mana ia menjadi pegangan utama ulama Syafi‘iyyah dalam berijtihad dan berfatwa. Kitab ini seterusnya diringkaskan oleh Syeikh al-Islam Zakaria al-Ansari dalam kitab al-Manhaj al-Thullab dan kitab al-Manhaj pula diringkaskan oleh al-Imam al-Jauhari menjadi al-Nahj, dan al-Syaikh Zainuddin al-Malibiri dalam kitabnya Qurrah al-‘Ayn.

Bab yang disusun dalam kitab al-Umm hampir sama penempatannya dengan Minhaj al-Talibin atau syarahnya. Kitab ini dikira sebagai asas bagi rujukan ulama’ as-Syafi‘i yang muta’akhkhirin ( terkemudian ). Kitab ini mempunyai syarah (huraian) dan hawasyi (nota tepi) yang sangat banyak. Antaranya ialah Mughni al-Muhtaj oleh al-Khatib as-Syarbini, al-Minhaj wa Syarhuhu oleh Zakaria al-Anshari, Tuhfah al-Muhtaj oleh Ibnu Hajar al-Haitami, Nihayah al-Muhtaj oleh ar-Ramli dan Zad al-Muhtaj fi Syarh al-Minhaj oleh Abdullah bin Hasan Ali Hasan al-Kuhaji.


Kedudukan Kitab al-Umm Berbanding Kutub al-Tis’ah

al-Syafi-‘i tidak hanya berperanan dalam bidang fiqh dan ushul fiqh saja, tetapi ia juga berperanan dalam bidang hadits dan ilmu hadits. Salah satu kitab hadits yang masyhur pada abad kedua Hijriyah adalah kitab Musnad al-Syafi’i. Kitab ini tidak disusun oleh al-Syafi’i sendiri, melainkan oleh pengikutnya, yaitu al-A’sam yang menerima riwayat dari Rabi’ bin Sulaiman al-Muradi, dari al-Syafi’i. Hadits-hadits yang terdapat dalam Musnad al-Syafi’i  merupakan kumpulan dari hadits-hadits yang terdapat dalam kitabnya yang lain iaitu al-Umm. Dalam bab jual beli, misalnya terdapat 48 buah hadits.

Dengan kegigihannya dalam membela hadits Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa sallam sebagai hujjah, al-Syafi’i berhasil menegakkan autoriti hadits dan menjelaskan kedudukan dan fungsi hadits Nabi secara jelas dengan alasan-alasan yang mapan. Dengan pembelaannya itu, ia memperolehi pengakuan dari  ummah  sebagai Nasir al-Sunnah. Bahkan beliau dipandang sebagai ahli hukum Islam pertama yang berhasil merumuskan konsep ilmu hadits.

Hadits Nabi menurut al-Syafi’i bersifat mengikat dan harus ditaati sebagaimana al-Qur’an, walaupun hadits itu adalah hadits Ahad. Bagi ulama sebelumnya, konsep hadits tidak hanya disandarkan kepada Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa sallam, bahkan juga pendapat sahabat, fatwa tabi’in, serta ijma ahli Madinah dapat dimasukkan sebagai hadits. Bagi al-Syafi’i, pendapat sahabat dan fatwa tabi’in hanya boleh diterima sebagai dasar hukum sekunder, dan bukan sebagai sumber primer. Sedangkan hadits yang boleh diterima sebagai dasar hukum primer hanyalah yang datang dari Nabi Shallallaahu ‘alaihi wa sallam.

Tambahan;
Kitab al-Umm telah diterjemahkan dalam bahasa Indonesia oleh Prof. Teuku H. Ismail Yakub SH, MA . Telah diterbitkan dalam 11 buku.

Terjemahan Ringkasan Kitab al-Umm telah diterbitkan oleh Pustaka Imam Asy-Syafi’I, Indonesia. Ia merupakan terjemahan Mukhtashar Kitab al-Umm Fi al-Fiqh , yang diringkaskan oleh Husain Abdul Hamid Abu Nashir Nail
Kitab al-Umm boleh didownload di pautan  http://waqfeya.com/book.php?bid=1135 (PDF) atau

Kajian Kitab Al-Waroqot : Pengertian Ushul Fiqih

Kajian Kitab Al-Waroqot : Pengertian Ushul Fiqih


بِسم الله الرَّحْمَن الرَّحِيم
هَذِه وَرَقَات تشْتَمل على فُصُول من أصُول الْفِقْه
وَذَلِكَ مؤلف من جزأين مفردين
فَالْأَصْل مَا بني عَلَيْهِ غَيره وَالْفرع مَا يبْنى على غَيره
وَالْفِقْه معرفَة الْأَحْكَام الشَّرْعِيَّة الَّتِي طريقها الِاجْتِهَاد

Terjemahan
Segala puji bagi Alloh yang maha pengasih lagi maha penyayang
Ini adalah “al-waroqot” (beberapa lembaran) yang memuat beberapa fasal dari ushul fiqih
 Kata “ushul fiqih’ tersusun dari 2 bagian yang terpisah (yaitu kata “ushul” dan kata “fiqih”).
Ashlu adalah : Sesuatu yang menjadi tempat dibangunnya perkara yang lain. Sedangkan Al-Far’u adalah : Sesuatu yang dibangun diatas sesuatu lainnya.
Fiqih adalah :  Suatu pengetahuan mengenai hukum – hukum syari’at yang dihasilkan dengan cara berijtihad.

Penjelasan
1. Cabang ilmu yang membahas tentang cara menggali hakum dari dalil – dalilnya disebut dengan “ushul fiqih”. Nama ini diambil dari kata “ushul” dan “fiqih”.

2. Kata “ushul’ adalah jama’ dari kata “ashlu” yang berarti pokok, pangkal, dasar atau pondasi, sebagaimana pangkal pohon yang menjadi tempat tumbuh dan berdirinya sebatang pohon. Alloh berfirman;

أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِي السَّمَاءِ

“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit” (Q.S. Ibrohim : 24)

3. Arti kata “fiqih” dalam bahasa arab adalah “pemahaman”, sebagaimana kata ini dipakai dalam satu ayat;

فَمَالِ هَؤُلَاءِ الْقَوْمِ لَا يَكَادُونَ يَفْقَهُونَ حَدِيثًا

“Maka mengapa orang-orang itu (orang munafik) hampir-hampir tidak memahami pembicaraan sedikitpun?” (Q.S. An-Nisa’ : 78)

Sedangkan menurut istilah yang digunakan dalam ilmu – ilmu keagamaan, pengertian “fiqih” adalah : “Pengetahuan mengenai beberapa hukum syari’at, yang dihasilkan dengan cara berijtihad’, sebagaimana dituturkan diatas.

4. Berdasarkan urain diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian dari ushul fiqih adalah : “Beberapa dasar yang digunakan untuk memahami hukum – hukum syari’at agama Islam”.


Kajian Kitab : "Al-Waroqot Fi Ushulil Fiqhi"
Karya : Imam Haromain

KITAB AL-MAJMU' SYARH AL-MUHAZZAB

KITAB AL-MAJMU' SYARH AL-MUHAZZAB

Kitab " al-Majmu' Syarh al-Muhazzab "  karya Imam Abu Zakariyya Yahya bin Syaraf al-Nawawi merupakan rujukan fiqh terbesar mazhab al-Syafi-’i secara khusus dan fiqh Islam secara umum. Selain juga merupakan sebahagian dari kekayaan klasik Islam yang murni dan khazanah fiqh perbandingan. Kitab yang sangat monumental ini memiliki karakter khusus yang membuatnya berbeza dari segi metodologi ilmu yang akurat, sehingga membuatnya berada di tempat teratas dibanding ensklopedia-ensiklopedia fiqh lainnya, baik klasik maupun kontemporer.

Tidak diragukan lagi, kitab al-Majmu’ merupakan khazanah terbesar bidang fiqh Islam yang isinya menjelaskan konsep-konsep dasar dari hukum Islam yang membuat para ulama selepas al-Nawawi kagum.

Orang yang pernah mengkaji kitab-kitab induk terbesar dalam fiqh Islam di berbagai madzhab, seperti al-Muhalla karya Ibnu Hazm, al-Umm karya al-Syafi-‘i, al-Mughni karya Ibnu Qudamah dalam fikih madzhab Hanbali dan kitab al-Mabsuth karya al-Sarkhasi, akan menemukan bahwa kitab al-Majmu’ karya al-Nawawi merupakan salah satu rujukan terbesar yang penuh dengan pendapat-pendapat fiqh keempat imam mazhab dan lain-lainnya, sekalipun fokus utama pembahasannya adalah mengenai fiqh al-Syafi-’i.


Kitab al-Majmu' berbeza dari kitab-kitab fiqh induk yang lain, di mana cakupan isinya memuatkan seluruh pendapat-pendapat mazhab berserta dalil-dalilnya, di samping menyebutkan pentarjihan di antara pendapat-pendapat ini. Tak ada yang paling menunjukkan keluasan wawasan al-Nawawi dan kedalaman ilmunya selain dari penjelasannya terhadap isi kitab al-Muhazzab karya al-Syirazi yang berjumlah sekitar 120 halaman menjadi 9 jilid kitab al-Majmu’. Namun sayangnya ia meninggal dunia lebih awal sebelum sempat menyelesaikan Syarh al-Muhazzab berdasarkan methodologi ilmiah yang telah ia tetapkan dan dipegangnya, Dari pentakhrijan hadits-hadits hukum, penjelasan maknanya, penyebutan seluruh pendapat para imam dari kalangan ahli fiqh dan pentarjihan di antara pendapat-pendapat tersebut serta mazhab-mazhab mereka, penjelasan kecacatan hadits, status hadits dan biografi para perawinya, penafsiran kalimat-kalimat yang langka ( gharib ) dari al-Qur’an dan al-Hadits serta penjelasan kosa kata yang terdapat dalam redaksi kitab al-Muhazzab, membuatkan kitab al-Majmu’ benar-benar merupakan ensiklopedia umum dalam bidang fiqh, hukum, tafsir ayat-ayat al-Qur-’an dan hadits, keunikan bahasa serta biografi para ulama terkemuka dari kalangan perawi dan ahli hadits.

Namun, al-Nawawi -rahimahullah- meninggal sebelum menyelesaikan kajian ilmiyahnya dalam menghuraikan kitab al-Muhazzab pada abad ketujuh Hijriyah kerana ia meninggal dunia lebih awal pada tahun 676 H setelah memenuhi dunia dengan ilmu dan karya tulis, maka selanjutnya tugas mulia ini diambil alih oleh salah seorang ulama terkemuka, iaitu Taqiyuddin al-Subki, seorang Syaikhul Islam pada masanya. Ia dilahirkan di desa Subuk dari wilayah Monofia pada tahun 683 H dan wafat pada tahun 756 H.

al-Nawawi adalah kebanggaan ulama Syam. Begitu pula dengan al-Subki, dia adalah kebanggaan bagi bangsa Mesir dan ulamanya. Imam yang handal dalam bidang fiqh ini menyelesaikan bagian pertama Syarh al-Muhazzab dari akhir syarah al-Nawawi pada awal bab mu-‘amalat. Selain itu, ia mengikuti metod pendahulunya dalam menjelaskan kitab al- Muhazzab karya al-Syirazi. Namun usaha yang besar ini terhenti lagi apabila al-Subki meninggal dunia lebih awal setelah menyelesaikan tiga jilid dari kitab al-Majmu’  iaitu sampai bab al-Murabahah dari Kitab al-Buyu'.

Setelah itu warisan Islam ini selama hampir 6 abad tetap menjadi manuskrip di beberapa perpustakaan, di Timur dan Barat. Sebahagiannya di Turki, sebahagiannya di Eropah dan sebahagian lainnya di perpustakaan Mesir. Kitab ini menjadi harta simpanan terpendam yang tidak mendapatkan perhatian para ahli fiqh selama 6 abad, kecuali sedikit penjelasan (syarah) dari Ibnu Baththal al-Rakbi atas isi al-Muhazzab dalam kitabnya Syarh Gharib al-Majmu'.

Kemudian Allah Azza wa Jalla mengizinkan kitab ini lepas dari “kurungan” perpustakaan dan menuju dunia penerbitan hingga para ahli fiqh dapat memanfaatkannya dan para ahli hukum boleh mengambil isinya. Lalu Allah Azza wa Jalla membangkitkan beberapa ulama di Universiti al-Azhar Mesir yang sangat menaruh perhatian besar terhadap kekayaan peninggalan Islam untuk memberikan tahqiq dan ta’liq-nya.

Kitab yang berharga ini, kemudian telah ditahqiq dan disambung kembali syarahnya oleh al-'Alim  al-Faqih al-Syeikh Muhammad Najib bin Ibrahim al-Muthi_'iy mengikut metod dua imam sebelumnya. Akhirnya,  Kitab al-Majmu' Syarh al-Muhazzab yang lengkap disyarah oleh tiga ulama ini telah diterbitkan pertama kali pada tahun ? oleh Maktabah al-Irsyad, Arab Sa_'udi. Mengikut cetakan ini, Kitab al-Majmu' dibahagikan kepada tiga bahagian ;


1.  Juz  1-9 , merupakan syarah oleh Imam al-Nawawi.
2. Juz 10-11, merupakan syarah oleh Imam Taqiyuddin al-Subki.
3. Juz 12-23, merupakan syarah oleh sl-Syeikh al-Muthi_''iy.


Kitab ini, boleh didwnload di sini:    المجموع شرح المهذب

Al-Fiqh al-Manhaji 'ala Mazhab al-Imam al-Syafi'i

al-Fiqh al-Manhaji 'ala Mazhab al-Imam al-Syafi'i

Kitab al-Fiqh al-Manhaji ‘ala Mazhab al-Imam al-Syafi’i (الفقه المنهجي على مذهب الإمام الشافعي) merupakan sebuah karya fiqh aliran mazhab al-Syafi’i yang kontemporeri, yang disusun oleh tiga tokoh ulama terkenal dari Syiria, iaitu al-‘Allamah Dr. Mustafa al-Khin, Syaikh Dr. Mustafa Dib al-Bugha dan Dr. Ali al-Syarbaji. Kitab ini sangat masyhur di kalangan pengikut Mazhab Syafi’i masa kini, bahkan diajar di pusat pengajian tinggi dan juga di masjid-masjid di seluruh dunia Islam.

Kitab ini telah diterjemahkan dalam berbagai bahasa dunia, termasuklah dalam bahasa Melayu dan Indonesia. (Insya Allah saya akan lampirkan beberapa edisi terjemahan kitab ini yang telah diterbitkan di Malaysia pada kesempatan yang lain).

Berikut ringkasan kandungan kitab ini berdasarkan buku terjemahan yang diterbitkan oleh Darul Syakir Enterprise, iaitu buku yang diterjemahkan oleh panel yang diketuai oleh Dr Zulkifli bin Mohamad al-Bakri. Buku ini terdiri dari 7 buah buku termasuk muqaddimahnya;

Muqaddimah: Menceritakan tentang Kitab al-Fiqh al-Manhaji, keistimewaannya, metodologi terjemahan, bibliografi ringkas pengarang, tokoh hadith dan Imam Al-Syafi'i serta fiqhnya, Mabadi'      al-‘Ulum, Istilah Fiqh al Syafi', Pendapat Tokoh dan Ulama' Berkenaan Kitab al-Fiqh al-Manhaji.
Jilid 1: Hukum Bersuci, Solat, Azan & Iqamah,Zakat Fitrah, Qurban dan Jenazah.
Jilid 2::Zakat, Puasa, Haji & Umrah, Bersumpah, Nazar, Perburuan, Penyembelihan, Aqiqah, Makanan & Minuman, Permasalahan Dadah, Pakaian & Perhiasan dan Kaffarah.
Jilid 3 :Bab Nikah dan Perkara Berkaitan, Poligami, Rukun Mut'ah, Nusyuz, Fasakh, Talaq, Iddah, Nafaqah, Penjagaan Anak, Penyusuan, Keturunan, Anak Pungut, Wakaf, Wasiat dan Pemegang Amanah.
Jilid 4 :Ilmu Faraid, Jual Beli, Khiar, al-Iqalah, Salam, Kontrak Jual Beli Tempahan, Riba', Sarf, Hutang dan Anugerah.
Jilid 5 :Hiwalah, Syuf'ah, Musaqah, Muzara'ah, Pinjaman, Syarikat dan Pelaburan.
Jilid 6 :Jenayah, Qisas, Diyat, Hudud, Zina, Minum Arak, Mencuri, Hirabah, Murtad, Jihad, Perlumbaan, Hiburan, Kehakiman, Dakwaan & Bukti, Sumpah, Pengakuan, Halangan dan Pemimpin.
Semoga bermanfaat.


Download kitab terjemahan al-Fiqh al-Manhaji jil. 1 terbitan JAKIM di pautan
http://www.islam.gov.my/sites/default/files/e-penerbitan/jilid_1.pdf

KITAB AL RISALAH USUL FIQH IMAM AS SYAFI'I

KITAB "AL RISALAH"  KARYA USUL FIQH TERULUNG IMAM AS SYAFI'I 


Imam Muhammad bin Idris bin ‘Utsman al-Syafi’i (150- 204H) atau lebih dikenali sebagai Imam al-Syafi’i merupakan seorang tokoh dan seorang imam yang sangat  masyhur namanya dalam dunia Islam. Beliau juga merupakan tokoh yang hebat, yang dikagumi keilmuannya oleh para ilmuan sepanjang zaman dan besar jasanya.

Beliau merupakan individu yang pertama memiliki gagasan dan idea cemerlang berkenaan kaedah penggalian hukum-hukum Islam, yang disusun dengan begitu sistematik ke dalam sebuah karyanya yang diberi judul “al-Risalah”. Sebuah kitab dalam bidang usul fiqh, yang dianggap sebagai kitab yang pertama disusun dalam bidangnya. Usaha pembukuan ini bertepatan dengan kepesatan perkembangan ilmu-ilmu pengetahuan dalam dunia Islam. Ianya berlangsung di sekitar era khalifah Harun al-Rasyid (145H-193H), dan kemuncaknya adalah pada masa Khalifah al-Ma’mun (170-218H).

Dengan lahirnya kitab ini, fasa awal perkembangan ilmu ushul fiqh pun bermula. Kitab ini menjadi rujukan utama bagi ahli ushul pada masa-masa seterusnya. Kitab al-Risalah ini juga merangkumi gambaran metodologi Imam al-Syafi’i dalam mencari, menyusun dan menggubal hukum-hakam Islam secara sistematik. Ianya sangat baik untuk dijadikan rujukan utama bagi mereka yang bergelar pengkaji, mahasiswa, pelajar, penggerak akademik, dan pemerhati. Ia juga turut menjadi rujukan para ulama dulu dan kini.


Pandangan para ulama mengenai kitab al-Risalah….

Kata Imam Abu Sa’id, ‘Abdul Rahman bin Mahdi r.h (135 - 198H), tentang kitab al-Risalah;


“Ketika aku melihat kitab al-Risalah karya al-Syafi’i, aku tercegang kerana aku sedang melihat (susunan bahasa) seorang yang bijak, fasih, lagi penuh dengan nasihat sehingga aku memperbanyakkan doa untuknya" (Mukaddimah kitab al-Risalah tahqiq Syaikh Ahmad Syakir, m/s. 4)

Imam Abu Ibrahim, Ismail bin Yahya bin Isma’il al-Mishri al-Muzani (246H), iaitu murid  kepada Imam al-Syafi’i berkata;

“Saya telah membaca kitab al-Risalah karya al-Syaf’i sebanyak 50 kali. Setiap kali membacanya, saya selalu memperoleh faedah yang berbeza-beza”.

Menurut Imam Ahmad bin Hanbal; “Kalau bukan kerana al-Syafi’i, saya tidak akan mengetahui fiqh hadis.”

Demikianlah para sahabat dan sekaligus murid Imam al-Syafi’i menuturkan kekagumannya terhadap kitab al-Risalah, kitab pertama yang di tulis Imam al-Syafi’i. Imam Badruddin al-Zarkasyi di dalam kitab al-Bahr al-Muhith fii al-Ushul menyatakan;

“ al-Syafi’i adalah ulama pertama yang menyusun buku tentang ushul fiqh. Bagi bidang ushul fiqh ini, beliau menulis kitab al-Risalah, Ahkam al-Qur’an, Ikhtilaf al-Hadits, Ibthal al-Istihsan, Jama’ al-‘Ilm, dan al-Qiyas. Melalui pelbagai pembahagian bab-bab perbahasan dalam kitab ini, beliau telah menjelaskan selok-belok penghujahan dengan hadis ahad, membentangkan syarat-syarat kesahihan hadis, keadilan para perawi hadis, penolakan khabar mursal dan munqathi’, serta perkara-perkara lain yang boleh diketahui dengan menyemak isi kandungannya.” (Mukaddimah kitab ar-Risalah tahqiq Syaikh Ahmad Syakir, m/s. 13

Kitab al-Risalah ini merupakan kitab perdana di bidang Usul Fiqh, bahkan terbilang kitab perdana di bidang Usul Hadis.  Imam Fakhrurrazi di dalam kitab Manaqib al-Syafi’i (hlm.57) menyebutkan; “ Sebelum Imam al-Syafi’i para ulama telah membicarakan masalah-masalah Usul Fiqah, mengajukan dalil dan kritik, tetapi mereka tidak memiliki aturan universal yang menjadi rujukan dalam mengetahui dalil-dalil syariat, serta kaedah perbandingan dan tarjihnya. al-Syafii lalu menemui Usul Fiqah dan meletakkan sebuah aturan universal yang menjadi rujukan bagi umat untuk mengetahui berbagai tingkatan dalil syariat. Dengan demikian, kedudukan al-Syafi’i terhadap ilmu syariat sama seperti kedudukan Aristotle terhadap ilmu akal ”.


 Petikan Pandangan Syaikh al-Muhaddits Ahmad bin Muhammad bin Syakir (1377H), pentahqiq / penyunting kitab al-Risalah;

Syaikh al-Muhadits Ahmad bin Muhammad Syakir, telah memberikan kata pengantar yang sangat bernilai  dalam kitab ini yang menjelaskan nilai ilmiah yang dimilikinya. Beliau juga telah membuat bantahan terhadap orang-orang yang ragu-ragu bahawa kitab ini adalah karya al-Syafi'i.


Beliau juga ada menyebut sebab atau latar belakang mengapa Imam al-Syafi’i menulis kitab ini. Menurut Syaikh Ahmad Muhammad bin Syakir,  Imam al-Syafi’i tidak menamakan kitabnya al-Risalah, melainkan dengan nama al-Kitab. Berkali-kali dalam karyanya, al-Syafi’i menyebutkan  kata al-Kitab, sama ada dengan kata Kitabi, atau kitabuna. Demikian juga dalam kitab al-Umm, Syafi’i selalu menisbahkan karya pertamanya itu dengan kata al-kitab (al-Umm. Hal: 253).

Menurut Syaikh Ahmad Syakir lagi, sebab Imam Syafi’i menamakan kitabnya dengan al-Risalah kerana berlakunya perutusan surat menyurat antara beliau dengan Abdul Rahman bin Mahdi. Pada ketika itu, al-Syafi’i menulis al-Risalah atas permintaan Abdul Rahman bin Mahdi di Makkah. Abdurrahman meminta Imam Syafi’i untuk menuliskan suatu kitab yang mencakup ilmu tentang al-Qur’an, hal ihwal yang ada dalam al-Qur’an dan disertai juga dengan hadis Nabi. Kitab ini setelah dikarang, disalin oleh murid-muridnya dan dikirim ke Makkah. Itulah sebabnya kitab itu dinamakan sebagai kitab al-Risalah. Kitab ini di tulis di Baghdad selama kunjungan kedua Imam Syafi’i di kota itu dan kemudian diperbaiki ketika pindah ke Mesir pada tahun 814 M. Setelah itu, kitab al-Risalah telah menaikkan namanya sebagai intelektual muslim yang pertama kali meletakkan asas-asas ilmu Ushul Fiqh.

Menurut Syaikh Ahmad Syakir lagi, kitab al-Risalah disusun oleh Imam asy-Syafi’i sebanyak dua kali, iaitu kitab al-Risalah al-Qadimah (edisi awal) dan al-Risalah al-Jadidah (edisi baru). al-Risalah al-Qadimah disusun oleh Imam asy-Syafi’i ketika di Makkah demi memenuhi permintaan ‘Abdul Rahman bin Mahdi rahimahullah (198 H) di ‘Iraq ketika itu. Ia adalah kitab dalam bentuk surat untuk ‘Abdul Rahman bin Mahdi yang menjelaskan tentang tafsir al-Qur’an, himpunan hadits-hadits yang boleh diterima, penghujahan dengan ijma’, dan penjelasan ilmu nasikh wal-mansukh dari al-Qur’an dan as-Sunnah.

Walau bagaimanapun, kitab al-Risalah al-Qadimah yang dimaksudkan tersebut telah pun luput dari kita dan apa yang sampai kepada kita hari ini adalah kitab al-Risalah al-Jadidah, dan ia disusun oleh Imam al-Syafi’i setelah selesainya kitab al-Umm. (Mukaddimah al-Risalah, m/s. 10-11) Kata Syaikh Ahmad Syakir, “Seluruh kitab imam al-Syafi’i adalah contoh sastera ‘Arab yang murni dan berada di puncak balaghah yang tertinggi. Beliau menulis berdasarkan naluri yang bersesuaian dengan fitrah, tidak dibuat-buat dan tidak dipaksa-paksa. Kitab-kitab beliau adalah penjelasan yang paling fasih yang pernah anda baca setelah al-Qur’an dan hadis, tidak dapat ditandingi oleh satu ucapan pun dan tidak terkalahkan oleh satu tulisan pun.” (Mukaddimah kitab al-Risalah tahqiq Syaikh Ahmad Syakir, m/s. 14)

Syaikh Ahmad Syakir, yang juga merupakan ulama besar kontemporer yang lahir dalam lingkaran pendidikan Universiti  al-Azhar ketika itu, mencadangkan;

“Kitab al-Risalah sepatutnya menjadi kitab pengajian wajib di Universiti al-Azhar serta universiti-universiti lainnya. Juga dipilih beberapa bab dari kandungannya untuk dijadikan sebagai bahan pengajian pelajar-pelajar di peringkat menengah dan pusat-pusat pendidikan awal supaya mereka mendapat ilmu pengetahuan dan pandangan hujjah yang benar lagi kuat.” (Mukaddimah al-Risalah, m/s. 13-14)

Demikianlah apa yang dapat diungkapkan tentang karya-karya milik Imam al-Syafi’i rahimahullah. Karya-karyanya masyhur lagi dikenali bagai matahari yang menyinar di waktu siang. Menjadi rujukan dan panduan buat masyarakat, penuntut ilmu, dan para ulama dahulu dan kini umpama bintang di malam hari. Para ilmuan dulu dan kini berlumba-lumba mendalaminya, mengikutinya, dan melakukan kupasan.

Imam Muhyiddin Abu Zakariya Yahya al-Nawawi r.h. (631-676H) mengatakan :

“Adapun karya-karya para pendukung imam al-Syafi’i yang merupakan penjelasan terhadapan matan (teks perkataan), pernyataan, rangkuman konsep, dan pandangan hasil kaedah-kaedah al-Syafi’i tidak terhitung jumlahnya. Di samping faedah dan manfaatnya yang sangat banyak, ukuran dan susunannya pun begitu baik. Ini adalah sebagaimana komentar Abu Hamid al-Isfirayini, al-Qadhi Abu al-Thayyib, pengarang al-Hawi, Imam al-Haramain, dan selainnya. Ini semua menjadi bukti nyata akan kedalaman ilmu Imam al-Syafi’i, kebaikan perkataannya, dan kesahihan niatnya dalam ilmu.” (al-Majmu’, 1/12)

Kandungan kitab al-Risalah….

Dalam Muqaddimah kitabnya ini Imam al-Syafi'i -rahimahullah-  menulis muqaddimah yang sangat bernilai, yang menunjukkan manhaj dan aqidah beliau. Imam al-Syafi'i -rahimahullah-  berkata:

"Segenap puji hanya milik Allah yang telah menciptakan langit dan bumi, serta telah menciptakan kegelapan dan cahaya. Kemudian, orang-orang yang kafir kepada Rabbnya, mereka melakukan penyimpangan (berpaling). Segala puji hanya bagi Allah, yang untuk mensyukuri salah satu nikmat-Nya tidak akan terwujud, kecuali kesyukuran itu merupakan sebuah nikmat dari-Nya. Menunaikan nikmat-nikmat-Nya yang telah lalu akan memunculkan nikmat baru yang juga menuntut rasa syukur kepada-Nya.

Orang-orang yang menyifati-Nya tidak akan mencapai hakikat Keagungan-Nya. Hakikat keagungan-Nya itu sesuai dengan yang disifatinya sendiri dan melebihi apa yang disifati oleh hamba-hamba-Nya. Aku memuji Allah dengan pujian yang sesuai dengan kemuliaan wajah-Nya dan keagungan-Nya. Aku memohon pertolongan kepada Allah dengan permohonan pertolongan orang yang tidak mempunyai daya dan kekuatan, kecuali dengan bantuan-Nya. Aku memohon Allah hidayah/petunjuk yang barang siapa mendapatkannya, ia tidak akan sesat. Aku memohon maghfirah dan ampunan-Nya atas apa yang telah dan akan aku perbuat dengan permohonan ampun orang yang mengakui penghambaan hanya kepada Dia. Orang yang mengetahui bahwa tidak ada yang memberi ampunan terhadap dosa dan tidak ada yang dapat menyelamatkan seseorang darinya, kecuali Dia. Aku bersaksi bahwa tidak ada Ilah, kecuali Allah, Tunggal, tidak ada sekutu bagi-Nya; dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya".

Dalam kitab inilah, metode pembentukan hukum genius ala Syafi’i terkuak. Ia menggunakan empat dasar dalam mengistimbatkan suatu hukum iaitu, al-Qur’an, Sunnah, Ijma’ dan Qiyas. Kata al-Syafi’i; “Tidak boleh bagi seseorang mengatakan suatu masalah dengan kata ini halal dan ini haram kecuali sudah memiliki pengetahuan tentang hal itu. Pengetahuan tersebut adalah al-Qur’an, Sunnah, Ijma’ dan Qiyas ” .

Imam al-Syafi’i dalam karya yang didiktekkan langsung kepada muridnya, al-Rabi’ bin Sulaiman, telah menyamakan Ijtihad dengan Qiyas. Ia menyimpulkan bahawa ijtihad adalah Qiyas. Pada ketika yang lain, beliau menolak dengan tegas metode Ihtihsan, sebuah metode pemikiran yang dianggap hanya berdasarkan pemikiran bebas manusia atas dasar kepentingan dan perilaku individual. Kata al-Syafi’i; “ Istihsan adalah pengambilan hukum yang melulu menuruti kesenangan semata ”. (Hal. 503-507).

Imam al-Syafi’i memang telah meninggalkan jejak pemikiran yang sangat luar biasa. Buktinya syarat-syarat ijtihad yang dirumuskannya dalam l-Risalah sampai saat ini terus dipakai pakar-pakar hukum Islam. Siapapun yang ingin berijtihad harus melampaui syarat-syarat ini. Di antaranya, wajib  mengetahui bahasa Arab, materi hukum al-Qur’an, bahasa yang bersifat umum dan khusus, dan mengetahui teori Nasakh. Kemudian seorang ahli fiqh, menurut Imam al-Syafi’i, mesti boleh menggunakan Sunnah dalam menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an yang tegas dan jelas. Ketika ia tidak menemukan dalam Sunnah, ia harus mengetahui adanya ijmak (kesepakatan) yang mungkin menginformasikan kes-kes  yang ada. Terakhir, jelas Imam Syafi’i, seorang ahli fiqh mestilah dewasa, sehat, dan mampu sepenuhnya menggunakan kemampuan intelektualnya untuk menyelesaikan kes.

Kriteria ini, pada  kemudian hari, menuai puji dan kritikan. Banyak para pemikir setelah Imam Syafi’i yang menganggap persyaratan ini terlalu  ketat, sehingga  ramai ulama yang takut memasuki wilayah ijtihad. Hal ini disebabkan oleh kemunduran ilmu fiqh sekitar abad ke IV H hingga akhir abad ke XIII H. Pada ketika itu terkenal dengan periode “Taqlid” dan periode “Tertutupnya pintu ijtihad”. Pengaruh tersebut begitu dahsyat sampai sekarang ini.

Melalui kitab ini, Imam Syafi’i terkenal sebagai pemikir yang moderat. Tidak berpihak kepada salah satu kecenderungan besar sebuah pemikiran, entah itu ahli hadis (para pemikir muslim yang mengutamakan hadis) ataupun ahli ra’yu (para pemikir muslim yang mengutamakan akal).

Tidak aneh bila para intelektual modern sepakat bahwa Imam al-Syafi’i sangat berjasa sebagai pengasas ilmu Ushul Fiqh. al-Risalah Syafi’i, tidak hanya dianggap sebagai karya pertama yang membahas materi tersebut, sebagai model bagi ahli-ahli fikih dan para teoritisi yang datang kemudian guna mengikutinya. Pada akhirnya Imam Syafi’i menutup karyanya ini dengan bab Ikhtilaf. Bab ini menunjukkan bahwa Imam Syafii mencintai perbedaan dan menghargai pendapat orang lain. Berikut adalah tajuk-tajuk yang dibincangkan dalam kitab al-Risalah yang telah ditahqiq oleh Syaikh Ahmad Syakir;

BAB I : BAYAN
BAB II :  KITABULLAH
BAB III : AUTORITI NABI SAW
BAB IV : NASIKH DAN MANSUKH
BAB V : KEWAJIBAN-KEWAJIBAN (FARAIDH)
BAB VI : ALASAN-ALASAN DALAM HADITS
BAB VII : SIFAT LARANGAN ALLAH DAN RASUL-NYA
BAB VIII:  HADITS AHAD
BAB IX: IJMAK
BAB X : QIYAS
BAB XI : IJTIHAD
BAB XII : ISTIHSAN
BAB XIII : PERBEZAAN PENDAPAT


Terjemahan kitab al-Risalah..

Kitab ini telah diterjemahkan dalam berbagai bahasa dunia. Di sini saya sebutkan beberapa edisi terjemahan dalam bahasa Melayu/ Indonesia sebagai contoh. Semua edisi terjemahan berikut adalah berdasarkan kitab al-Risalah yang telah ditahqiq oleh Syaikh Ahmad Syakir;

1. Ar-Risalah Karya Imam Asy-Syafi'i. Diterbitkan oleh Pustaka Azzam, Indonesia dengan  ketebalan sebanyak 604 halaman.

2. Ar-Risalah Panduan Lengkap Fikih dan Ushul Fikih. Diterbitkan oleh Pustaka Al-Kautsar, Indonesia dengan ketebalan sebanyak 446 halaman.

3. Kitab Ar-Risalah Imam Syafii. Diterjemahkan oleh Dr. Muhammad Amar Adly MA dan diterbitkan oleh Jasmin Publications.

Bagi memiliki Kitab al-Risalah edisi Arabnya dalam file PDF  sila   Klik disini.  Kitab ini merupakan kitab yang telah ditahqiq oleh Syaikh Ahmad Syakir, iaitu kitab yang telah diterbitkan oleh Dar al-Kutub al-Ilmiyyah.

Semoga bermanfaat.

Rujukan;

http://www.sufiz.com/jejak-wali/imam-syafii-ar-risalah-dan-al-umm-dua-karya-agung-yang-terus-dikaji-sampai-kini-bagian-ke-5-habis.html

http://atsar.ilmusunnah.com/index.php?route=product/product&path=76&product_id=158

***** MENGENAL FIQIH EMPAT MADZHAB *****


A.      PENDAHULUAN

Umat Islam adalah umat yang satu (ummatan wahidah). Kesatuan umat ini dinyatakan dengan ukhuwah Islamiyah (Persaudaraan Islam). Allah dan Rosul-Nya telah mengajarkan hal ini melalui petunjuknya sebagaimana berikut: :

Firman Allah SWT :

اِنَّمَا اْلمُؤْمِنُوْنَ اِخْوَةٌ. الحجرات:10.

Sesungguhnya orang-orang mukmin itu adalah bersaudara. [QS. Al-Hujurat : 10]

. التوبة:71 بَعْضٍ أَوْلِيَاءُ بَعْضُهُمْ وَالْمُؤْمِنَاتُ وَالْمُؤْمِنُونَ

Dan orang-orang yang beriman laki-laki dan perempuan, sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain. [QS. At-Taubah : 71]

Hadits Nabi SAW:

مَثَلُ اْلمُؤْمِنِيْنَ فِى تَوَادِّهِمْ وَ تَرَاحُمِهِمْ وَ تَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ اْلجَسَدِ، اِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ اْلجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَ اْلحُمَّى. احمد و مسلم

Perumpamaan kaum mukminin dalam saling mencintai, saling kasih-mengasihi, bantu-membantu seperti satu tubuh. Jika salah satu anggotanya merasa sakit, maka seluruh tubuhnya merasa sakit, merasa demam dan tidak dapat tidur. [HR. Ahmad, dan Muslim]

اْلمُسْلِمُ اَخُو اْلمُسْلِمِ لاَ يَظْلِمُهُ وَ لاَ يُسْلِمُهُ، مَنْ كَانَ فِى حَاجَةِ اَخِيْهِ كَانَ اللهُ فِى حَاجَتِهِ، وَ مَنْ فَرَّجَ عَنْ مُسْلِمٍ كُرْبَةً فَرَّجَ اللهُ عَنْهُ بِهَا كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ اْلقِيَامَةِ، وَ مَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللهُ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ. البخارى و مسلم

Seorang muslim adalah saudara orang muslim lainnya. Tidak boleh ia medhalimi dan tidak boleh membiarkan tidak menolongnya. Barangsiapa yang memperhatikan kebutuhan saudaranya, maka Allah akan memperhatikan kebutuhannya. Barangsiapa melepaskan kesusahan saudaranya, maka Allah akan melepaskan kesusahannya di hari qiyamat. Barangsiapa menutup aib seorang muslim, maka Allah akan menutup aibnya pada hari qiyamat [HR. Bukhari dan Muslim].

Dengan Firman Allah dan Hadits Nabi SAW tersebut mestinya mendorong umat Islam untuk saling mencintai saudaranya, menyambung silaturahim dan saling menjaga saudaranya.
Akan tetapi pada kenyataannya kita sering menyaksikan umat Islam saling berselisih antara satu dengan yang lainnya. Perselisihan ini menyebabkan umat islam saling bermusuhan dan membenci, yang kadang-kadang sampai menimbulkan saling olok-mengolok, fitnah memfitnah, bahkan saling serang antar umat Islam. Hal ini tentu saja sangat bertentangan dengan apa yang diperintahkan oleh Allah dan Rosul-Nya sebagaimana tersebut di atas.

Perselisihan umat Islam sering terjadi karena ketidakmampuan umat ini untuk menyikapi perbedaan pemahaman yang terjadi dikalangan umat Islam. Perbedaan pemahaman yang bersifat furu’hiyah sudah lama terjadi dikalangan umat Islam, bahkan sejak zaman sahabatpun sudah pernah terjadi perbedaan diantara para sahabat dalam memahami perintah Nabi SAW. Demikian juga madzhab-madzhab fiqih yang berkembang dikalangan umat Islam juga tidak luput dari adanya perbedaan-perbedaan. Dalam menyikapi perbedaan ini para Imam madzhab dapat bersikap saling menghargai dan menghormati diantara mereka. Namun seringkali di kalangan para pengikut madzhab yang bersikap berlebih-lebihan dengan mewajibkan orang lain mengikuti madzhab mereka dan menyalahkan orang yang tidak sefaham dengan mereka.
Oleh karena itu dalam makalah ini dibahas secara singkat empat madzhab fiqih yang terkenal, yakni : Madzhab Hanafi, Maliki, Syafi’I dan Hambali agar dapat difahami dan disikapi dengan benar sesuai tuntunan Allah swt dan Rasul-Nya.

MADZHAB FIQH

1.      Pengertian Madzhab
Secara bahasa, kata madzhab (مذهب) merupakan kata bentukan dari kata dasar dzahaba (ذهب) yang artinya pergi. Madzhab adalah bentuk isim makan dan juga bisa menjadi isim zaman dari kata tersebut, sehingga bermakna:
الطريق ومكان الذهاب وزمانه
Artinya: Jalan atau tempat untuk pergi, atau waktu untuk pergi.

Ahmad ash-Shawi al-Maliki menyebutkan bahwa makna etimologis dari madzhab adalah :

محل الذهاب كالطريق المحسوسة
Artinya: Tempat untuk pergi, seperti jalanan secara fisik.

Adapun makna madzhab secara istilah yang digunakan dalam ilmu fiqih, didefinisikan sebgai:

ما ذهب إليه إمام من الأئمة في الأحكام الإجتهادية
Artinya: Pendapat yang diambil oleh seorang imam dari para imam dalam masalah yang terkait dengan hukum-hukum ijtihadiyah.

Pendapat yang diambil oleh seorang imam ini kemudian diikuti oleh muridnya dari generasi ke generasi, inilah yang kemudian dikenal sebagai madzhab fiqih.

2.    Riwayat Singkat Imam-imam Madzhab.

2.1. MADZHAB HANAFI (IMAM ABU HANIFAH)

a.    Riwayat Singkat Imam Abu Hanifah (80 -150 H)

Imam Abu Hanifah bernama asli Abu Hanifah Nu’man bin Tsabit Al-Kufi, lahir di Kufah, Iraq pada tahun 80 H. Ia hidup pada dua masa kekhalifahan yaitu Bani Umayyah Abdul Malik bin Marwan dan Bani Abbasiah. Ia diberi gelar Abu Hanifah (suci, lurus) karena sesungguhnya sejak kecil ia berakhlak mulia, dan menjauhi perbuatan dosa dan keji.
Abu Hanifah berasal dari keluarga berbangsa Persia (Kabul-Afganistan), ia dinamai an-Nu’man sebagai ungkapan rasa simpati kepada salah seorang raja Persia yang bernama Muhammad Nu’man ibn Marwan (khalifah dari Bani Umayyah yang ke V).  Abu hanifah termasuk salah seorang tabi’in, beliau bertemu dengan sahabat Anas bin Malik dan meriwayatkan hadits darinya.
Imam Abu Hanifah belajar ilmu fiqih dari Hammad bin Abu Sulaiman selama 18 tahun. Setelah gurunya wafat, maka penduduk Kufah menyerahkan persoalan fiqih dan masalah-masalah yang mereka hadapi kepada Abu Hanifah. Pada tahun 130 H beliau pergi ke Mekaah menetap untuk beberapa tahun, serta bertemu dengan murid Ibnu Abbas. Imam Abu Hanifaf meninggal pada tahun 150 H di Baghdad.

b.     Pemikiran Madzhab Imam Hanafi


Madzhab Hanafi dikenal sebagai Imam Ahlurra’yi serta fiqih dari Irak. Ia dikenal banyak menggunakan ra’yu, qiyas, dan istihsan. Dalam memperoleh suatu hukum, yang tidak ada dalam nash, kadang-kadang ulama dalam madzhab ini meninggalkan kaidah qiyas dan menggunakan kaidah istihsan. Muhammad Salam Madkur menguraikan karakteristik manhaj Hanafi sebagai berikut :

“Fiqih Hanafi membekas kepada ahli Kufah yang mengembangkan aplikasi adat, qiyas, dan istihsan. Bahkan dalam tingkatan imam, ia sering melewatkan beberapa persoalan; yakni apabila tidak ada nash, ijma, dan qaul sahabat kepada qiyas, dan apabila qiyasnya buruk (tidak rasional), Imam Hanafi meninggalkannya dan beralih ke istihsan, dan apabila tidak meninggalkan qiyas, Imam Hanafi mengembalikan kepada apa-apa yang telah dilakukan umat Islam dan apa-apa yang telah diyakini oleh umat islam, begitulah hingga tercapai tujuan berbagai masalah. Alasannya ialah kaidah umum (qiyas) tidak bisa diterapkan dalam menghadapi kasus tertentu. Mereka dapat mendahulukan qiyas apabila suatu hadist mereka nilai sebagai hadist ahad.
Yang menjadi pedoman dalam menetapkan hukum Islam (fiqih) di kalangan madzhab Hanafi adalah :
1)   Al-Qur’an
2)  Sunnah Nabi SAW
3)  Ijma’ sahabat
4)  Qiyas
5)  Istihsan
6) ijma’ dan urf.

Berbagai pendapat Abu Hanifah yang dibukukan oleh muridnya antara lain :
a.  Zhahir ar-Riwayah dan an-Nawadir  yang dibukukan oleh Muhammad bin Hasan asy-Syaibani
b.  Al-Kafi yang dibukukan oleh Abi Al-Fadi Muhammad bin Muhammad bin Ahmad Al-Maruzi  (w. 344 H)
c.  Al-Mabsut (syarah al-Kafi dan dianggap sebagai kitab induk madzhab Hanafi ) yang dibukukan pada abad ke-5 oleh Imam as-Sarakhsi
d.  Al-Kharaj, Ikhtilaf Abu Hanifah wa Ibn Abi Laila, yang dilestarikan oleh Imam Abu Yusuf yang dikenal sebagai peletak dasar usul fiqh madzhab Hanafi
Madzhab Al-Hanafiyah sebagaimana dipatok oleh pendirinya, sangat dikenal dalam masalah pemanfaatan akal/ logika dalam mengupas masalah fiqih. Oleh para pengamat dianalisa bahwa di antara latar belakangnya adalah:
1. Karena beliau sangat berhati-hati dalam menerima sebuah hadits. Bila beliau tidak terlalu yakin atas keshahihan suatu hadits, maka beliau lebih memilih untuk tidak menggunakannnya. Dan sebagai gantinya, beliau menemukan begitu banyak formula seperti mengqiyaskan suatu masalah dengan masalah lain yang punya dalil nash syar’i.
2. Kurang tersedianya hadits yang sudah diseleksi keshahihannya di tempat di mana beliau tinggal. Sebaliknya, begitu banyak hadits palsu, lemah dan bermasalah yang beredar di masa beliau. Perlu diketahui bahwa beliau hidup di masa 100 tahun pertama semenjak wafat nabi SAW, jauh sebelum era imam Al-Bukhari dan imam Muslim yang terkenal sebagai ahli peneliti hadits.

2.2. MADZHAB MALIKI (IMAM MALIK)

a.     Rimayat Singkat Imam Malik (93 – 179 H)

Imam Malik bernama lengkap Abu Abdullah Malik bin Anas ibn Abi Amir Al-Asbahi. Ia lahir di Madinah pada tahun 93 H / 712 M. Nama al-Asbahi, nisbah pada Asbah salah satu kabilah di Yaman tempat salah satu kakeknya datang ke Madinah dan ia tinggal di sana. Kakeknya tertinggi Abu Amir adalah sahabat Nabi SAW dan mengikuti perang bersamanya kecuali perang Badar.
Imam Malik belajar agama dari ulama-ulama Madinah, diantaranya adalah: Nafi’ maula Ibnu Umar, Ibnu Syahab az Zuhri, Rabi’ah dan lainnya. Kecintaannya terhadap ilmu menjadikan hampir seluruh hidupnya diabdikan dalam dunia pendidikan. Diantara murid beliau adalah Ibnul Mubarak, Al Qaththan, Ibnu Mahdi, Ibnu Wahb, Ibnu Qasim, Al Qa’nabi, Abdullah bin Yusuf, Sa’id bin Manshur, Yahya bin Yahya al Andalusi, Yahya Bin Bakir, Qutaibah Abu Mush’ab, Al Auza’i, Sufyan Ats Tsaury, Sufyan bin Uyainah, Imam Syafi’i, Abu Hudzafah as Sahmi, Az Zubairi, dan lain-lain. Imam Malik meninggal di Madinah tahun 179 H pada usia 86 tahun.


b.     Pemikiran Madzhab Imam Maliki
Imam Asy-Syatibi menyederhanakan dasar fiqih madzhab Maliki tersebut dalam empat hal, yaitu :
1)  Al-Qur’an
2)  Sunnah Nabi SAW
3) Amal penduduk madinah
4)  Qiyas
Alasannya : menurut imam Maliki, fatwa sahabat dan tradisi penduduk Madinah di zamannya merupakan bagian dari sunnah Nabi SAW. Menurut para ahli ushul fiqh, qiyas jarang sekali digunakan madzhab Maliki. Bahkan mereka lebih mendahulukan tradisi penduduk Madinah daripada qiyas. Kitab yang disusun oleh imam Malik berjudul al-Muwaththa’.

2.3. MADZHAB SYAFI’I (IMAM SYAFI’I)


a.   Riwayat Singkat Imam Syafi’I (150 – 203 H)


Imam Syafi’I bernama lengkap Muhammad bin Idris bin al-‘Abbas bin Ustman bin Syafi bin as-Sa’ib bin ‘Ubaid bin ‘Abd Yazid bin Hasyim bin ‘Abd al-Muthalib bin ‘Abd Manaf. Ia lahir di Gaza (Palestina), pada tahun 150 H, berasal dari keturunan bangsawan Quraisy dan masih keluarga jauh Rasulullah SAW dari ayahnya, garis keturunannya bertemu di ‘Abd Manaf (kakek ketiga Rasulullah SAW).

Kecerdasan Imam Syafi’I telah terlihat ketika berusia 7 tahun. Saat itu ia telah menghafal seluruh ayat al-Qur’an dengan lancar. Imam Syafi’I menekuni bahasa Arab di Dusun Badui Hundail selama beberapa tahun, kemudian kembali ke Mekah dan belajar fiqih kepad Imam Muslim bin Khalid Azzanni yang juga mufti kota Mekah pada saat itu.  Selanjutnya Beliau belajar kepada Imam malik di Madinah setelah beliau menghafal kitab Al Muwatho’ karangan Imam Malik. Kemudian beliau ke Irak bertemu dan menimba ilmu kepada murid Imam Abu Hanifah, yakni Muhammad bin Hasan. Di Irak inilah pendapat-pendapat beliau yang dikenal dengan Qaul Qodim. Selanjutnya beliau pindah ke Mesir pada tahin 198 H. Ketika pindah ke Mesir ini beliau menyusun pendapat yang baru yang dikenal dengan Qaul Jadid. Beliau meninggal di Mesir pada tahun 204 H.
Meskipun ia menguasai hampir seluruh disiplin ilmu tetapi Imam Syafi’I lebih dikenal sebagai ahli hadist dan hukum karena inti pemikirannya terfokus pada dua cabang ilmu tersebut. Ia meninggal dunia setelah 6 tahun tinggal di Mesir dan mengembangkan madzhabnya dengan jalan lisan dan tulisan serta sudah mengarang kitab ar-Risalah (dalam ushul fiqh) dan beberapa kitab lainnya.

b.      Pemikiran Madzhab Imam Syafi’i
Keunggulan Imam Syafi’I sebagai ulama fiqih dan hadist pada zamannya diakui sendiri oleh ulama sezamannya. Sebagai orang yang hidup pada zaman meruncingnya pertentangan antara aliran Ahlulhadist dan Ahlurra’yi, Imam Syafi’I berupaya untuk mendekatkan kedua aliran ini. Oleh karena itu, ia belajar kepada Imam Maliki sebagai tokoh Ahlulhadist dan Imam Muhammad bin Hasan asy-Syaibani sebagai tokoh Ahlurra’yi.

Dalam penetapan hukum Islam, Imam Syafi’I menggunakan :
1)  Al-Qur’an
2)  Sunnah Rasulullah SAW
3)  Ijma’ 4)  Qiyas
Imam Syafi’I menolak istihsan sebagai salah satu cara mengistinbathkan hukum syara’. Penyebarluasan pemikiran madzhab Syafi’I diawali melalui kitab ushul fiqhnya ar-Risalah dan kitab fiqihnya al-Umm, kemudian disebarluaskan dan dikembangkan oleh para muridnya yaitu Yusuf bin Yahya al-Buwaiti (w. 231 H/846 M) seorang ulama besar Mesir, Abi Ibrahim Ismail bin Yahya al-Muzani (w. 264 H/878 M), dan ar-Rabi bin Sulaiman al-Marawi (w. 270 H).

2.4.  MADZHAB HANBALI ( IMAM AHMAD BIN HANBALI)

a.   Riwayat Singkat Imam Hanbali (164 -241 H)

Imam Hanbali bernama Abu ‘Abdullah Ahmad bin Hanbal asy-Syaibani, lahir di Mirwa (Baghdad) pada tahun 164 H . Nasabnya bertemu dengan Nabi SAW pada Nizar bin Ma’ad bin Adnan. Ia dibesarkan oleh ibunya lantaran sang ayah meninggal dunia pada masa muda, pada usia 16 tahun, keinginannya yang besar membuatnya belajar al-Qur’an dan ilmu-ilmu agama lainnya kepada ulama yang ada di Baghdad.
Kepandaian Imam Hanbali dalam ilmu hadist tak diragukan lagi, putera sulungnya yakni, Abdullah bin Ahmad mengatakan bahwa Imam Hanbali telah hafal 700.000 hadist di luar kepala. Hadist sebanyak itu kemudian diseleksinya secara ketat dan ditulis kembali dalam kitabnya al-Musnad berjumlah 40.000 hadist berdasarkan susunan nama sahabat yang meriwayatkan. Kemampuan dan kepandaiannya mengundang banyak tokoh ulama yang berguru kepadanya dan melahirkan banyak ulama dan pewaris hadist terkenal semisal Imam Bukhari dan Imam Muslim. Ahmad bin Hanbal meninggal pada tanggal 12 Rabiul Awal tahun 241 H.

b.  Pemikiran Madzhab Imam Hanbali
Imam Ahmad adalah seorang pakar hadist dan fiqih. Imam Syafi’i berkata, ”Saya keluar dari Baghdad dan tidaklah saya tinggalkan di sana orang yang paling bertakwa dan paling faqih melebihi Bin Hanbal,”
Di antara murid Imam Ahmad adalah putra-putra beliau yakni Shalih bin Ahmad bin Hanbal dan Abdullah bin Ahmad bin Hanbal . Shalih bin Ahmad lebih menguasai fiqh dan Abdullah bin Ahmad lebih menguasai hadist. Murid yang lain adalah Al-Atsram dipanggil Abu Bakr dan nama aslinya; Ahmad bin Muhammad , Abdul Malik bin Abdul Hamid bin Mihran , Abu Bakr Al-Khallal , dan Abul Qasim. Salah satu kitab fiqh madzhab Hanbali adalah “Al-Mughni” karangan Ibnu Qudamah.
Prinsip dasar Madzhab Hanbali adalah sebagai berikut:[3]
1.  An-Nusus (jamak dari nash), yaitu Al-Qur’an, Sunnah Nabi SAW, dan Ijma’;
2.  Fatwa Sahabat;
Jika terdapat perbedaan pendapat para sahabat dalam menentukan hukum yang dibahas, maka akan dipilih pendapat yang lebih dekat dengan Al-Qur’an dan sunnah Nabi SAW;
4.   Hadits mursal atau hadits daif yang didukung oleh qiyas dan tidak bertentangan dengan ijma’;
5.   Apabila dalam keempat dalil di atas tidak dijumpai, akan digunakan qiyas. Penggunaan qiyas bagi Imam Ahmad bin Hanbal hanya dalam keadaan yang amat terpaksa. Prinsip dasar Madzhab Hanbali ini dapat dilihat dalam kitab hadits Musnad Ahmad bin Hanbal. Kemudian dalam perkembangan Madzhab Hanbali generasi berikutnya, madzhab ini juga menerima istihsan, sadd az-Zari’ah, ‘urf; istishab, dan al-maslahah al-mursalah sebagai dalil dalam menetapkan hukum Islam.
Para pengembang Madzhab Hanbali generasi awal (sesudah Imam Ahmad bin Hanbal) diantaranya adalah al-Asram Abu Bakar Ahmad bin Muhammad bin Hani al-Khurasani al-Bagdadi (w. 273 H.), Ahmad bin Muhammad bin al-Hajjaj al-Masruzi (w. 275 H.), Abu Ishaq Ibrahim al-Harbi (w. 285 H.), dan Abu al-Qasim Umar bin Abi Ali al-Husain al-Khiraqi al-Bagdadi (w. 324 H.). Keempat ulama besar Madzhab Hanbali ini merupakan murid langsung Imam Ahmad bin Hanbal, dan masing-masing menyusun buku fiqh sesuai dengan prinsip dasar Madzhab Hanbali di atas.
Tokoh lain yang berperan dalam menyebarluaskan dan mengembangkan Madzhab Hanbali adalah Ibnu Taimiyah dan Ibnu Qayyim al-Jauziah. Sekalipun kedua ulama ini tidak selamanya setuju dengan pendapat fiqh Imam Ahmad bin Hanbal, mereka dikenal sebagai pengembang dan pembaru Madzhab Hanbali. Disamping itu, jasa Muhammad bin Abdul Wahhab dalam pengembangan dan penyebarluasan Madzhab Hanbali juga sangat besar. Pada zamannya, Madzhab Hanbali menjadi madzhab resmi Kerajaan Arab Saudi.

Berdasarkan riwayat di atas dapat dilihat bahwa imam madzhab yang pertama (Imam Abu Hanifah) berjarak 69 tahun  dari wafat Nabi SAW yakni tahun 11 H, Imam Malik hidup sezaman dengan Imam Syafi’i, dan Imam Ahmad, tetapi Imam Syafi’i dan Imam Ahmad tidak sezaman dengan Imam Abu Hanifah.

3.    Perbedaan Pendapat Imam Madzhab
Perbedaan pendapat di antara imam Madzhab dalam satu masalah fiqh sangat banyak, berikut ini diberikan beberapa contoh perbedaan tersebut.
a. Mengusap kepala dalam wudlu
n  Imam Abu Hanifah, Malik dan Ahmad berpendapat satu kali,
n  Imam Syafi’i berpendapat tiga kali.
b. Menyentuh Kemaluan setelah wudlu
n  Imam Abu Hanifah berpendapat tidak membatalkan wudlu secara mutlak.
n  Imam Malik dan Imam Syafi’i berpendapat membatalkan wudlu secara mutlak.
n  Imam Ahmad berpendapat tidak wajib wudlu hanya disunahkan.
c. Menyentuh wanita tanpa pembatas
n  Imam Syafi’i berpendapat batal wudlu secara mutlak.
n  Imam Abu Hanifah berpendapat tidak batal wudlu secara mutlak.
n  Imam Malik dan Ahmad berpendapat batal wudlu jika diiringi syahwat.
d. Duduk dalam sholat
n  Imam Abu Hanifah: duduk iftirosy baik untuk tasyahud awal maupun tasyahud akhir.
n  Imam Malik : duduk tawaruk baik untuk tasyahud awal maupun tasyahun akhir.
n  Imam Syafi’i: duduk iftirosy untuk tasyahud awal dan duduk tawaruk untuk tasyahud akhir.
n  Imam Ahmad: duduk iftirosy untuk shalat yang 2 rekaat, dan seperti madzhab Syafi’i untuk sholat yang 3 atau 4 rekaat.
e.    Sholat jamaah bagi laki-laki
n  Imam Ahmad berpendapat fardlu ‘ain kecuali bila ada udzur.
n  Imam Syafi’i, Abu Hanifah, dan Malik berpendapat tidak fardlu ‘ain.
f.     Tentang Katak
n  Imam Malik mengatakan boleh dimakan.
n  Imam Ahmad mengatakan tidak boleh dimakan
g.    Tentang Kuda
n  Imam Syafi’i dan Ahmad mengatakan kuda itu halal.
n  Imam Malik mengatakan kuda itu makruh.
n  Imam Abu Hanifah mengatakan kuda itu haram.
Dan masih banyak lagi perbedahan perbedaan pendapat diantara imam madzhab dalam masalah fiqh. Perbedaan pendapat diantara imam madzhab tersebut dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain :
1.    Adakalanya seorang Imam tidak mendapatkan sesuatu hadits tentang suatu masalah, maka beliau menggunakan qiyas atau fikiran, sedangkan imam yang lain mendapatkan hadits dalam masalah tersebut.
2.    Adakalanya seorang Imam mengeluarkan pendapatmya dari suatu hadits atau riwayat yang dianggapnya shahih, padahal bagi yang lain  hadits itu dianggap tidak shahih.
3.    Ada juga para imam itu tidak mendapatkan suatu hadits untuk suatu masalah sehingga masing-masing menggunakan qiyas atau fikiran, sedang dikemudian hari orang mendapatkan hadits itu.
4.    Pemikiran para imam dalam menimbang suatu masalah berbeda, sehingga keputusannyapun berbeda.


B.   Wajibkah Umat Islam Mengikut Satu Madzhab Tertentu?
Sering kali orang menanyakan madzhab yang dianut oleh orang lain, bahkan kadang-kadang ditekankan bahwa wajib untuk mengikuti salah satu madzhab tertentu. Di dalam Agama Islam tidak ada satupun dalil dari Allah dan Rasul-Nya untuk mengikuti salah satu madzhab tertentu. Umat Islam hanya diperintahkan untuk mengikuti kebenaran, sedangkan kebenaran hanya terdapat dalam Al Qur’an dan Sunnah Nabi SAW. Perhatikan petunjuk-petunjuk Allah SWT sebagai berikut:

Firman Allah SWT:

تَذَكَّرُونَ مَا قَلِيلا أَوْلِيَاءَ دُونِهِ مِنْ تَتَّبِعُوا وَلا رَبِّكُمْ مِنْ إِلَيْكُمْ أُنْزِلَ مَا اتَّبِعُوا

Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu dan janganlah kamu mengikuti pemimpin-pemimpin selain-Nya. Amat sedikitlah kamu mengambil pelajaran (daripadanya). (QS Al A’raf : 3)

Yang dimaksud dengan apa yang diturunkan kepadamu adalah Al Qur’an dan sunnah Nabi SAW yang menjelaskan isi Al Qur’an tersebut, bukan pendapat orang.

بَغْتَةً الْعَذَابُ يَأْتِيَكُمُ أَنْ قَبْلِ مِنْ رَبِّكُمْ مِنْ إِلَيْكُمْ أُنْزِلَ أَحْسَنَ مَا وَاتَّبِعُوا
تَشْعُرُونَ لا وَأَنْتُمْ

“ Dan ikutilah sebaik-baik apa yang telah diturunkan kepadamu dari Tuhanmu sebelum datang azab kepadamu dengan tiba-tiba, sedang kamu tidak menyadarinya,”  (QS Az Zumar 55)

Tidak diragukan lagi bahwa Al Qur’an adalah sebaik-baik apa yang Allah turunkan kepada kita, dan sunnah Nabi SAW menjelaskan isi kandungan Al Qur’an tersebut. Dalam ayat tersebut Allah mengancam orang-orang yang enggan mengikuti Al Qur’an dengan azab yang datang dengan tiba-tiba.

سَبِيلِهِ عَنْ بِكُمْ فَتَفَرَّقَ السُّبُلَ تَتَّبِعُوا وَلا فَاتَّبِعُوهُ مُسْتَقِيمًا صِرَاطِي هَذَا وَأَنَّ تَتَّقُونَ لَعَلَّكُمْ بِهِ وَصَّاكُمْ ذَلِكُمْ

“ dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertakwa.” (QS Al An’am 153).

Jalan Allah SWT yang lurus adalah Al Qur’an, maka Allah SWT perintahkan manusia supaya mengikuti Al Qur’an jangan mengikuti jalan-jalan selain Al Qur’an, karena hanya dengan mengikuti Al Qur’an maka orang dapat menjadi bertakwa.

الآخِرَ وَالْيَوْمَ اللَّهَ يَرْجُو كَانَ لِمَنْ حَسَنَةٌ أُسْوَةٌ اللَّهِ رَسُولِ فِي لَكُمْ كَانَ لَقَدْ
كَثِيرًا اللَّهَ وَذَكَرَ

“ Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS Al Ahzab : 21)

Suri teladan bagi orang yang beriman adalah Rasulullah SAW, meneladani rasulullah berarti mengikuti sunnah-sunnah beliau.

رَحِيمٌ غَفُورٌ وَاللَّهُ ذُنُوبَكُمْ لَكُمْ وَيَغْفِرْ اللَّهُ يُحْبِبْكُمُ فَاتَّبِعُونِي اللَّهَ تُحِبُّونَ كُنْتُمْ إِنْ قُلْ

“ Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”  (QS Ali Imron 31)
Jalan untuk memperoleh kasih sayang dan ampunan Allah SWT adalah dengan mencintai-Nya, untuk dapat mencintai Allah SWT maka umat Islam harus mentaati dan mengikuti petunjuk Rasulullah SAW.

حَفِيظًا عَلَيْهِمْ أَرْسَلْنَاكَ فَمَا تَوَلَّى وَمَنْ اللَّهَ أَطَاعَ فَقَدْ الرَّسُولَ يُطِعِ مَنْ

“ Barang siapa yang menaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah menaati Allah. Dan barang siapa yang berpaling (dari ketaatan itu), maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka.” (QS An Nisa : 80)

Ayat tersebut menunjukkan bahwa barangsiapa mentaati Rasulullah SAW berarti dia mentaati Allah SWT. Ketaatan kepada Beliau mengandung arti mengkaji mempelajari dan mengamalkan sunnah-sunnah beliau.

تَنَازَعْتُمْ فَإِنْ مِنْكُمْ الأمْرِ وَأُولِي الرَّسُولَ وَأَطِيعُوا اللَّهَ أَطِيعُوا آمَنُوا الَّذِينَ أَيُّهَا يَا خَيْرٌ ذَلِكَ الآخِرِ وَالْيَوْمِ بِاللَّهِ تُؤْمِنُونَ كُنْتُمْ إِنْ وَالرَّسُولِ اللَّهِ إِلَى فَرُدُّوهُ شَيْءٍ فِي تَأْوِيلا وَأَحْسَنُ

“ Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS An Nisa 59).

Ayat tersebut mengandung perintah kepada orang beriman untuk merujukkan segala perbedaan pendapat kepada Allah dan kepada Rasul, yakni kepada Al Qur’an dan Sunnah Nabi SAW.

Sabda Nabi SAW

تَرَكْتُ فِيْكُمْ اَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوْا مَا مَسَكْتُمْ بِهِمَا، كِتَابَ اللهِ وَ سُنَّةَ نَبِيّهِ. مالك

Aku tinggalkan pada kalian dua perkara, yang kalian tidak akan tersesat selama-lamanya, selama kalian berpegang teguh kepada keduanya, yaitu kitab Allah dan Sunnah Nabi-Nya. [HR. Maalik]

 دُوْرُوْا مَعَ كِتَابِ اللهِ حَيْثُمَا دَارَ. الحاكم

Beredarlah kamu mengikuti Al-Qur’an ke mana saja Al-Qur’an beredar. [HR. Hakim]

Dua hadits tersebut memberi pentunjuk bahwa umat Islam harus senantiasa mengikuti Al Qur’an dan Sunnah Nabi SAW agar tidak tersesat dalam menenpuh kehidupan di dunia dan memperoleh keselamatan di Akhirat kelak.
Memperhatikan ayat-ayat dan hadits di atas dapat disimpulkan bahwa mentaati Allah dan Rasul-Nya adalah dengan beramal sesuai dengan Al Qur’an dan sunnah Nabi SAW, sehingga menjadi kewajiban bagi tiap muslim untuk senantiasa merenungkan Al Qur’an, mempelajari, memahami, dan mengamalkan apa saja yang diketahuinya dari firman Allah tersebut dengan ilmu yang benar, baik sedikit maupun banyak.
Oleh karena itu umat Islam tidak diwajibkan mengikuti pendapat seseorang dalam beramal, melainkan wajib mengikuti Al Qur’an dan Sunnah, Syaihul Islam Ibnu Taimiyyah menyatakan bahwa tidak wajib bagi umat Islam untuk bertaqlid kepada seorang ulama dalam setiap pendapatnya dan tidak wajib mengikatkan diri dengan salah satu madzhab. Umat Islam hanya boleh mengikatkan diri dengan apa yang dikatakan oleh Rasul, bukan selainnya. Beliau berdalil dengan firman Allah dalam QS an Nisa ayat 59 di atas.
Apa yang dikemukakan oleh Ibnu Taimiyyah tersebut sejalan dengan apa yang dipesankan oleh Imam-Imam Madzhab sebagaimana pesan-pesan beliau sebagai berikut:

1.    Perkataan Imam Abu Hanifah

اُتــْرُكُوْا قَوْلــِى لِقَوْلِ اللهِ وَ رَسُوْلــِهِ وَ الصَّحَابَةِ

Tinggalkanlah perkataan (pendapatku) yang berlawanan dengan firman Allah dan Sabda Rasul-Nya dan perkataan shahabat.

حَرَامٌ عَلَى مَنْ لَمْ يَعْرِفْ دَلِـيـْلِى اَنْ يُفْتِيَ كَلاَمِى

Haram atas orang yang belum mengetahui dalil (alasan) fatwaku untuk berfatwa dengan perkataanku

اِنَّهُ قِيْلَ ِلاَبِى حَنِيْفَةَ: اِذَا قُلْتَ قَوْلاً وَ كِـتَابُ اللهِ يُخَالِفُهُ ؟ قَالَ: اُتْرُكُـوْا قَوْلــِى بِكِـتَابِ اللهِ. فَقِيْلَ لَهُ: اِذَا كَانَ خَبَرُ الرَّسُوْلِ يُخَالِفُهُ ؟ قَالَ: اُتْرُكُوْا قَوْلــِى بِخَبَرِ الرَّسُوْلِ ص. فَقِيْلَ لَهُ: اِذَا كَانَ قَوْلُ الصَّحَابِيِّ يُخَالِفُهُ ؟ قَالَ: اُتْرُكُوْا قَوْلــِى بِقَوْلِ الصَّحَابِيِّ.

Bahwasanya Imam Abu Hanifah pernah ditanya : "Bagaimana apabila engkau mengatakan suatu pendapat, sedangkan Kitab Allah menyalahkannya ?" Beliau menjawab : "Tinggalkanlah pendapatku dan ikutilah Kitab Allah". Lalu beliau ditanya lagi : "Bagaimana kalau hadits Rasulullah SAW menyalahkannya ?" Beliau menjawab: 'Tinggalkanlah pendapatku dan ikutilah hadits Rasulullah SAW ?" Dan beliau ditanya lagi : "Bagaimana kalau perkataan shahabat menyalahkannya ?". Beliau menjawab : "Tinggalkanlah pendapatku dan ikutilah perkataan shahabat itu''.

اِنْ كَانَ قَوْلــِى يُخَالِفُ كِـتَابَ اللهِ وَ خَبَرَ الرَّسُوْلِ فَاتْرُكُوْا قَوْلــِى.

Jika pendapatku menyalahi Kitab Allah dan Sunnah Rasul, maka tinggalkanlah pendapatku itu.
Dan beliau (Imam Abu Hanifah) apabila memberi fatwa tentang suatu perkara, mengatakan :

هذَا رَأْيُ النُّعْمَانِ بـْنِ ثَابِتٍ وَ هُوَ اَحْسَنُ مَا قَدَّرْنَا عَلَـيْهِ. فَمَنْ جَاءَ بِأَحْسَنَ مِنْهُ فَهُوَ اَوْلَى بِالصَّوَابِ.

Ini pendapat An-Nu'man bin Tsabit (Imam Abu Hanifah), dan ini sebaik-baik yang telah kami pertimbangkan. Barang siapa yang datang dengan membawa yang lebih baik dari padanya, maka itulah yang lebih pantas dengan kebenaran.
Perkataan-perkataan Imam Abu Hanifah di atas jelas memberikan pengertian kepada kita bahwa beliau tidak suka dan melarang ummat Islam bertaqlid kepada pendapat (madzhab) beliau.

2.    Perkataan Imam Malik

اِنَّمَا اَنــَا بَشَرٌ اُخْطِئُ وَ اُصِيْبُ فَانْظُرُوْا فِى رَأْيِى فَكُـلُّ مَا وَافَقَ اْلكِتَابَ وَ السُّنَّةَ فَخُذُوْهُ وَ كُـلُّ مَا لَمْ يُوَافِقِ اْلكِتَابَ وَ السُّنَّةَ فَاتْرُكُوْهُ.

Aku ini hanya seorang manusia yang boleh jadi salah, dan boleh jadi betul. Oleh karena itu, perhatikanlah pendapatku. Tiap-tiap yang cocok dengan Kitabullah dan Sunnah Rasul, ambillah dia dan tiap-tiap yang tidak cocok dengan Kitabullah dan Sunnah Rasul, maka tinggalkanlah.

كُلُّ اَحَدٍ يُؤْخَذُ مِنْ كَلاَمِهِ وَيـُرَدُّ عَلَـيْهِ اِلاَّ صَاحِبَ هذَا اْلقَبْرِ. وَ يُشِيْرُ اِلَى الرَّوْضَةِ الشَّرِيْفَةِ. وَ فِى رِوَايَةٍ: كُلُّ كَلاَمٍ مِنْهُ مَقْبُوْلٌ وَ مَرْدُوْدٌ اِلاَّ كَلاَمَ صَاحِبِ هذَا اْلقَبْرِ.

Setiap orang boleh diambil perkataannya dan boleh pula ditolak, kecuali perkataanpenghuni qubur ini (beliau sambil menunjuk kearah makam yang mulia (makam Nabi SAW). Dan dalam riwayat lain : "Semua perkataan orang itu boleh diterima dan boleh ditolak, kecuali perkataan penghuni qubur ini".

اِنَّمَا اَنــَا بَشَرٌ اُخْطِئُ وَ اُصِيْبُ فَاَعْرِضُوْا قَوْلــِى عَلَى اْلكِتَابِ وَ السُّنَّةِ

Sesungguhnya aku ini hanya manusia biasa, yang boleh jadi benar dan boleh jadi salah, maka dari itu bandingkanlah pendapatku itu kepada kitab dan sunnah.

لَــيْسَ كُـلَّمَا قَالَ رَجُلٌ قَوْلاً وَ اِنْ كَانَ لَهُ فَضْلٌ يُتْبَعُ عَلَـيْهِ.

Tidak setiap pendapat yang dikatakan oleh seseorang itu harus diikut, walaupun dia mempunyai kelebihan.
Beliau pernah berpesan kepada Ibnu Wahab, katanya :

يَا عَبْدَ اللهِ، مَا عَلِمْتَهُ فَقُلْ بِهِ وَ دُلَّ عَلَـيْهِ. وَمَا لَمْ تَعْلَمْ فَاسْكُتْ عَنْهُ. وَ اِيـَّاكَ اَنْ تُقَلِّدَ النَّاسَ قِلاَدَةَ سُوْءٍ.

Wahai Abdullah, apa-apa yang telah kau ketahui, maka katakanlah dengannya dan tunjukkanlah dasarnya, dan apa-apa yang engkau belum mengetahuinya, maka hendaklah engkau diam darinya, dan jauhkanlah dirimu dari bertaqlid kepada orang dengan taqlid yang buruk.
Perkataan-perkataan Imam Malik di atas, jelas menunjukkan bahwa orang beragama itu jangan bertaqlid saja kepada pendapat orang, termasuk bertaqlid kepada pendapat beliau sendiri, karena beliau itupun manusia biasa yang fatwa atau pendapatnya bisa juga benar, dan bisa juga salah. Tetapi hendaknya mengikut kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya
.
3.    Perkataan Imam Syafi’i

لاَ قَوْلَ ِلاَحَدٍ مَعَ سُنَّةِ رَسُوْلِ اللهِ ص.

Tidak boleh diterima perkataan seseorang jika berlawanan dengan sunnah Rasulullah SAW
.
اِذَا صَحَّ اْلحَدِيْثُ فَهُوَ مَذْهَبِى.

Apabila telah shah satu hadits, maka itulah madzhabku.

اِذَا صَحَّ خَبَرٌ يُخَالِفُ مَذْهَبِى فَاتَّبِعُوْهُ وَاعْلَمُوْا اَنــَّهُ مَذْهَبِى.

Apabila sah khabar dari Nabi SAW yang menyalahi madzhabku, maka ikutlah khabar itu, dan ketahuilah bahwa itulah madzhabku.

كُـلُّ مَسْأَلــَةٍ تَكَــلَّمْتُ فِيْهَا صَحَّ اْلخَبَرُ فِيْهَا عَنِ النَّبِيِّ ص عِنْدَ اَهْلِ النَّقْلِ بِخِلاَفِ مَا قُـلْتُ، فَاَنــَا رَاجِعٌ عَنْهَا فِى حَيَاتِى وَ بَعْدَ مَمَاتِى.

Tiap-tiap masalah yang pernah saya bicarakan, kemudian ada hadits yang riwayatnya sah dari Rasulullah SAW dalam masalah itu di sisi ahli hadits dan menyalahi fatwaku, maka aku ruju' (tarik kembali) dari fatwaku itu diwaktu aku masih hidup maupun sesudah mati.

اِذَا وَجَدْتُمْ فِى كِـتَابِى خِلاَفَ سُنَّةِ رَسُوْلِ اللهِ ص فَقُوْلُـوْا بِسُنَّةِ رَسُوْلِ اللهِ.

Apabila kalian dapati di dalam kitabku sesuatu yang menyalahi sunnah Rasulullah SAW, maka hendaklah kalian berkata dengan sunnah Rasulullah SAW (dan tinggalkanlah perkataanku).

اِذَا وَجَدْتُمْ قَوْلـِى يُخَالِفُ قَوْلَ رَسُوْلِ اللهِ ص فَاضْرِبُـوْا بِقَوْلــِى عُرْضَ اْلحَائِطِ.

Apabila kalian mendapati pendapatku menyalahi perkataan Rasulullah SAW, maka lemparkanlah pendapatku ketepi dinding.

مَا قُلْتُ وَكَانَ النَّبِيُّ ص قَدْ قَالَ بِخِلاَفِ قَوْلــِى فَمَا صَحَّ مِنْ حَدِيْثِ النَّبِيِّ ص  اَوْلَى وَ لاَ تُقَلِّدُوْنــِى.

Apasaja yang telah aku katakan, apabila Nabi SAW telah mengatakan dengan menyalahi perkataanku, maka apa yang telah shah dari hadits Nabi SAW itulah yang lebih pantas (untuk diambil), dan janganlah kalian bertaqlid kepadaku.

اِذَا صَحَّ اْلحَدِيْثُ عَلَى خِلاَفِ قَوْلـــِى فَاضْرِبُوْا قَوْلــِى بِاْلحَائِطِ وَاعْمَلُوْا بِاْلحَدِيْثِ الضَّابِطِ.

Apabila telah sah suatu hadits dan menyalahi pendapatku, maka buanglah pendapatku ke arah dinding, dan amalkanlah olehmu dengan hadits yang kokoh kuat itu.

كُلُّ شَيْئٍ خَالَفَ اَمْرَ رَسُوْلِ اللهِ ص سَقَطَ، وَلاَ يَقُوْمُ مَعَهُ رَأْيٌ وَلاَ قِيَاسٌ

Tiap-tiap sesuatu yang menyalahi perintah Rasulullah SAW jatuhlah ia, dan tidak bisa digunakan bersamanya pendapat dan tidak pula qiyas.
Kata Imam Syafi'i kepada Abu Ishaq :

يـَا اَبـَا اِسْحَاقَ لاَ تُـقَـلّـِدْنِى فِى كُلِّ مَا اَقُوْلُ وَ انْظُرْ فِى ذَالِكَ لـِنَـفْسِكَ فَاِنَّهُ دِيْـنٌ.

Hai Abu Ishaq, janganlah kamu bertaqlid kepadaku pada setiap apa yang aku katakan, dan perhatikanlah yang demikian itu untuk dirimu, karena ia itu agama.
Perkataan-perkataan Imam Syafi'i di atas adalah jelas melarang orang bertaqlid kepada madzhab beliau, dan memerintahkan supaya orang beragama itu mengikut kepada kitab Allah dan sunnah Nabi SAW.

4.    Perkataan Imam Ahmad bin Hanbal


لاَ تُـقَـلِّدْنِى وَ لاَ مَالِكًا وَ لاَ الشَّافِعِيَّ وَ لاَ اْلاَوْزَاعِيَّ وَ لاَ الثَّوْرِيَّ وَ خُذْ مِنْ حَيْثُ اَخَذُوْا.

Jangan engkau bertaqlid kepadaku, jangan kepada Malik, jangan kepada Syafi'i dan jangan kepada Al-Auza'i dan jangan kepada Ats-Tsauri, tetapi ambillah (agamamu) dari tempat mereka mengambilnya (yaitu Al-Qur'an dan Hadits).

مِنْ قِلَّةِ فِقْهِ الرَّجُلِ اَنْ يُـقَـلِّـدَ دِيْـنَهُ الرِّجَالَ.

Diantara tanda sedikitnya pengertian seseorang itu ialah bertaqlid kepada orang lain tentang urusan agama.
لاَ تُـقَـلِّـدْ دِيـْنَكَ اَحَدًا.

Janganlah engkau bertaqlid terhadap seseorang tentang agamamu.

لاَ تُـقَـلِّـدْ دِيـْنَكَ اَحَدًا مِنْ هؤُلاَءِ. مَا جَاءَ عَنِ النَّبِيِّ وَ اَصْحَابِهِ فَخُذْ بِهِ.

Janganlah kamu bertaqlid tentang agamamu kepada seseorang  di antara mereka (para ulama), tetapi apa yang datang dari Nabi SAW dan shahabatnya, maka ambillah dia.

اُنــْظُرُوْا فِى اَمْرِ دِيـْنِكُمْ. فَاِنَّ التَّـقْـلِــيْدَ لِغَيْرِ اْلمَعْصُوْمِ مَذْمُوْمٌ وَ فـِيْهِ عُمْيٌ لِلْبَصِيْرَةِ

Hendaklah kamu memperhatikan tentang urusan agamamu, karena sesungguhnya taqlid kepada orang yang tidak ma'shum itu tercela, dan padanya ada kebutaan bagi kecerdikan pandangan.

لاَ تُقَلِّدْ دِيْـنَكَ الرِّجَالَ. فَإِنَّـهُمْ لَمْ يَسْلَمُوْا اَنْ يَغْلُطُوْا.

Janganlah kamu bertaqlid kepada orang-orang tentang agamamu, karena sesungguhnya mereka itu tidak terjamin dari kesalahan.
Perkataan-perkataan Imam Ahmad bin Hanbal di atas jelas melarang orang-orang untuk bertaqlid, baik bertaqlid kepada madzhab beliau sendiri maupun kepada imam-imam atau ulama-ulama yang lain.
Itulah antara lain ucapan-ucapan dari beliau-beliau para imam itu, dengan jujur melarang siapa saja untuk mengikuti pendapat/madzhab mereka.Dan masih banyak pula ucapan-ucapan dan pesan-pesan beliau-beliau itu yang lain, dan semuanya melarang siapa saja, kapan saja dan dimana saja menurut secara buta pendapat mereka, tetapi hendaknya dalam beragama ini selalu mengikuti sumber agama yang asli, yakni Al-Qur'an dan Sunnah.
Dengan demikian pendapat orang yang mengatakan; wajib orang Islam itu mengikuti salah satu madzhab dan menganggap bahwa orang yang tidak bermadzhab itu seolah-olah sesat, berdosa dan sebagainya, adalah nyata-nyata menyalahi Al-Qur'an, menyalahi sabda-sabda Nabi SAW. dan menyalahi pula pesan dan perkataan atau pendapat para Imam Rahimahumullah itu sendiri.
Dan sudah sama dimaklumi dan diyaqini bahwa shahabat-shahabat Nabi dan orang-orang yang lahir sebelum lahirnya para imam itu tidak ada seorangpun yang bermadzhab, bahkan sama sekali tidak mengenalnya. Demikian juga Imam Malik tidak bermadzhab Hanafi, Imam Syafi'i tidak bermadzhab  Maliki atau Hanafi, begitu pula, Imam Ahmad bin Hanbal tidak bermadzhab Hanafi atau Syafi'i atau Maliki.

C.   PENUTUP

Imam-Imam madzhab Fiqih adalah orang-orang ‘alim yang telah mencurahkan tenaga dan fikirannya untuk menggali masalah-masalah agama menurut Al Qur’an dan sunnah Nabi SAW. Umat Islam mencintai mereka, menghormati, memuliakan dan memberikan pujian untuk mereka karena kedalaman ilmu dan ketakwaan serta keteguhan mereka dalam mengamalkan Al Qur’an dan Sunnah Nabi SAW. Kecintaan umat terhadap para Imam seyogyanya tidak menjadikan umat Islam ini menjadi umat yang taklid atau fanatik buta terhadap madzhab tertentu sebagaimana pesan-pesan para Imam-imam madzhab, tetapi semakin mendorong umat ini untuk mengikuti jejak para imam yang senantiasa mengkaji, mempelajari dan mengamalkan Al Qur’an dan sunnah Nabi SAW.


Wallahu’alam bish shawab.

____________________________________________________

D.   Referensi
1.    Al Qur’an dan terjemahannya, Depag RI
2.    Kumpulan Brosur Ahad Pagi tahun 1996, MTA, Surakarta
3.    Shahih Fiqih Sunnah jilid 1, Abu Malik Kamal bin As Sayid Salim, Pustaka At Tazkia, Jakarta, 2006
4.    http:\\www. Abufurqon.com\Mengkaji Posisi Madzhab Fiqih dalam Peradaban Keilmuan Islam, Dulu dan Sekarang
5.    http:\\ punyasuhanda.blogspot.com\Pemikiran Empat Mazhab Fikih.